PORTALNTT.COM, KOTA KUPANG – Sungguh apes nasib Edi Purwanto, salah satu tukang yang diminta bekerja mengecat rumah milik wedding shop, Desy Caroline Chandra Jaya di Kelurahan Oetete, Kota Kupang.
Saat itu, Edi Purwanto diminta melanjutkan pekerjaan Suwarno yakni cat tembok rumah di bagian dalam milik Dessy, dengan biaya Rp.1.200.000,-.
Selain pekerjaan pengecetan rumah, Edi juga mengakui bahwa dirinya diminta Dessy melalui Sisko untuk membersihkan dan membuang bekas tumpukan material dirumahnya Dessy.
Atas permintaan tersebut, dirinya menghubungi mobil dum truck dengan biaya sekali angkut Rp.350.000,-. Pengakutan material terjadi sebanyak enam kali. Dari penggunaan mobil tersebut, dirinya terpaksa mengambil uang pribadinya sebesar Rp.2.100.000.
Setelah melakukan dua pekerjaan tersebut, Dessy tidak melakukan pembayaran kepada dirinya sampai dengan sekarang.
“Saya ini orang susah dan kecil. Saya akhirnya harus bayar uang sewa angkut dengan uang pribadi sebanyak Rp.2.100.000 karena saya pake enam kali,” ujarnya kepada mefia ini, Kamis (18/6/2020) dengan wajah sedih.
Edi mengakui sudah meminta berulang kali pada ibu Dessy ongkos kerjanya, namun ia justru diperlakukan layaknya penagih hutang.
Merasa ditipu oleh Dessy, ia pun membuat laporan polisi pada tanggal 28 Desember 2019 lalu atas dugaan penipuan dengan nomor polisi nomor: LP/B/1354/XII/2019/SPK.
Saat di Polisi, Dessy Chandra justru berulah lagi, mengaku dirinya tidak mengenal Edi Purwanto kepada penyidik Polres Kupang Kota.
“Tidak benar bahwa Dessy tidak kenal saya. Apa yang disampaikan Dessy kepada polisi itu tidak benar. Itu kebohongan,” ujar Edi.
Ia juga mengakui bahwa percakapan dirinya dengan Dessy lewat handphone sampai saat ini masih tersimpan di handphone miliknya. Hasil percakapan ini, kata Edi telah diberikan kepada penyidik sebagai bukti.
“Mana bisa dia (Dessy-red) bilang tidak kenal saya saat ditanya polisi. Setiap kali saya kerja dia selalu pantau dan juga ada percakapan antara saya dengan dia,” tandasnya.
Dirinya berharap polisi serius menangani masalahnya sampai tuntas dan mengungkap kebenaran yang terjadi.
Ia juga mengatakan, jika kasus ini tidak terselesaikan maka dirinya akan melaporkan kasus ini ke Ombusman, Kemenkumham dan instansi terkait lainnya.
Dessy Chandra Mengaku Ada Bekingan Polisi di Polda NTT
Desy Caroline Chandra Jaya dalam beberapa kasus dengan sejumlah pihak yang bermasalah dengan dirinya selalu melibatkan oknum Polisi dari Polda NTT.
Hal ini dialami 3 korban penipuan Dessy Chandra.
Edi Purwanto, mengakui saat ia menagih uang pekerjaan cat rumah dan uang angkutan material bongkaran rumah ke Dessy namun Dessy tidak mau membayarnya.
Malah saat itu Dessy membawa seorang oknum polisi untuk menggertaknya.
“Dia (Dessy) bawa oknum polisi untuk menggertak saya,” ungkap Edi Purwanto.
Hal yg sama juga pernah Dessy lakukan pada saat Dessy mau memberhentikan pemborong Hengki Go.
“Ibu Dessy membawa seorang oknum polisi yang bertugas di Polda NTT dan kakak perempuannya untuk menggertak saya di TKP,” ungkap Hengky Go, pemborong yang ditipu Dessy Chandra.
Seorang korban lainnya, Debora, Guru di SD GMIT juga mengeluhkan hal yang sama saat dirinya menggunakan jasa Wedding milik Dessy Chandra.
Saat itu ia melakukan komplain paket wedding tapi ibu Dessy mengancam dan mengatakan memiliki beking polisi yang kuat di Polda NTT.
“Kamu jangan macam-macam, saya punya orang kuat di polda NTT,” ungkap Debora mengulang kembali perkataan Dessy Chandra pada dirinya.
Merasa diintimidasi, Debora akhirnya menggunakan jasa Wedding lainnya meskipun telah membayar paket Wedding shop sebesar Rp 45 juta.
“Untuk beberapa paket saya terpaksa harus rugi untuk menggunakan jasa Wedding lainnya, meskipun saya sudah bayar Rp 45 juta ke Wedding shop milik Dessy Chandra,” ungkap Debora.
Ketiga korban yang merasa ditipu dan diintimidasi Dessy Chandra meminta Polda NTT untuk mengungkap siapa oknum polisi yang selalu membekingi Dessy Chandra.
“Kami para korban dessy Caroline Chandra Jaya meminta kepada Bapak kapolda NTT untuk mengusut siapa sebenarnya beking polisi dari keluarga Dessy yang selalu keluarga ini pakai sebagai orang kuat untuk melindungi perbuatan mereka,” pinta para korban. (Jefri)