PORTAL NTT, KOTA KUPANG – Peringatan hari kartini menjadi moment tak terlupakan dalam sejarah perjalanan bangsa. Dewasa ini banyak kartini muda yang giat melakukan aksi solidaritas rasa, seperti yang dilakukan Grace Gracela, bersama rekan mahasiswi dalam aksi jualan sayur bersama membantu kaum ibu yang ada di pasar Kasih Naikoten Satu Kota Kupang.
Hal ini menunjukkan bahwa kartini tidak hanya mereka yang giat meyuarakan aksi di dalam gedung-gedung mewah, di dalam kantor yang tertutup tetapi kartini lain juga muncul dari mereka kaum ibu yang menjadi pejuang keluarga dengan berjualan sayur di pasar tradisional.
“Yang paling sederhana kita bersolidaritas rasa dengan hal yang paling sederhana, mengambil bagian dalam emansipasi perempuan dengan turun langsung membantu kaum ibu yang berjualan sayur di pasar untuk kebutuhan keluarga,” Kata Grace, mahasiswi UPN Veteran Yogyakarta pada portalNTT di pasar Kasih Naikoten Satu Kota Kupang, Jumat (21/4/2017).
Selain itu Grace juga menambahkan kegiatan ini diharapakan menjadi pembuka sekat antar perempuan untuk menjadi satu kesatuan dengan tidak membedakan status sosial.
“Dengan keadaan seperti ini kita membuktikan bahwa tidak ada sekat di antara kaum perempuan, tidak ada kelas atas, tidak ada kelas menengah, tidak ada kelas bawah, kita adalah satu kesatuan perempuan indonesia ” ungkapnya.
Kehadiran Grace dan kawan-kawan menjadi berkah sendiri bagi Ina Pago seorang penjual sayur di pasar Naikoten.
“Kami bersyukur karena anak Grace dan semua kawan hadir disini jadi bisa tau kami punya keadaan disini seperti apa,” kata Ina Pago.
Sementara Robby Kapitan sebagai perwakilan dari Komunitas Secangkir Kopi – MPC NTT turut serta dalam aksi bela rasa ini mengatakan kebanggaannya terhadap kartini-kartini masa kini, khususnya yang ada di pasar Kasih Naikoten Satu.
“Saya merasakan yang betul-betul kartini adalah mereka yang ada di pasar, yang ada di dapur yang betul- betul memperjuangkan hidup untuk kepentingan dan kelangsungan hidup keluarga,” ungkapnya.
Pantuan media ini, aksi ini diikuti oleh berbagai kalangan perempuan mulai dari mahasiswa dan para aktivitis perempuan yang tergabung dalam Komunitas Perempuan biasa, dan ada juga dari komunitas Perempuan minoritas yang diwakili Oleh Balkis Soraya Tanouf, yang juga beprofesi sebagai Dosen. (Leny)