PORTALNTT.COM, KOTA KUPANG – SMA Kristen Mercusuar berhasil meraih peringkat dua terbaik tingkat SMA dari 435 SMA yang ada di NTT, sedangkan untuk Kota Kupang dan daratan Timor, Sumba Alor, Rote dan Sabu berada di urutan satu. Prestasi yang diraih ini merupakan buah dari sebuah perjuangan panjang dan bukan hasil dari mimpi semalam.
Sejak didirikan tahun 2002, SMA Kristen Mercusuar telah bertumbuh menjadi sekolah unggulan dan favorit serta mampu bersaing dengan sejumlah sekolah favorit seperti SMA Negeri 1 Kupang dan Giovanni yang ada di Kota Kupang dengan terus menorehkan catatan segudang prestasi, baik secara lembaga maupun para siswanya.
Kepala Sekolah SMA Kristen Mercusuar, Soleman Dapa Taka mengaku bangga dengan prestasi yang ada, pasalnya semua yang diperoleh merupakan buah dari kerja keras para guru dan juga siswa-siswi. Namun dibalik kesuksesan itu justru tidak membuat Ia dan seluruh keluarga besar Mercusuar lupa diri tapi terus berupaya memberikan yang terbaik sehingga dapat mengangkat nama NTT di kancah nasional bahkan internasional sekalipun.
“Kami mercusuar berada di peringkat 2 tingkat SMA dari 435 SMA di NTT. Urutan pertama itu SMA Seminari Kisol di Manggarai Timur. Kalau seminari semua orang tahu dan tidak diragukan lagi karena para siswa tinggal dalam satu asrama sehingga sangat mudah untuk mendidik para siswa. Kalau mau dibandingkan dengan kita yang para siswanya tinggal di orangtua masing-masing maka kita lebih di atas mereka (seminari,red). Bayangkan saja dengan kondisi seperti ini tapi kita bisa urutan 2, ini suatu prestasi yang luar biasa,” kata Dapa Taka di hadapan seluruh orangtua siswa, pada saat pengumuman hasil kelulusan siswa tahun angkatan XIII, Selasa (2/5/2017) di Swiss Berlin Hotel.
Dapa Taka menambahkan, kalau untuk daratan Timor dan Kota Kupang secara khusus maka Mercusuar urutan pertama dari semua SMA yang ada.
“Dalam pertemuan-pertemuan entah disengaja atau tidak, selalu disebutkan sekolah ini dan itu lalu mereka lupa Mercusuar. Tapi saya lalu protes jangan seperti itu, kalau Mercusuar berada di urutan pertama ya sebutkan saja jangan malu-malu mengakui keunggulan kami,” katanya sambil bergurau menceritakan kondisi yang terjadi.
Menurutnya, prestasi yang diraih tidak membuat para siswa jadi sombong lalu lupa diri tapi terus mengukir prestasi agar mengangkat nama NTT.
“Dari 34 provinsi kita selalu berada di posisi belakang namun bukan terakhir, untuk itu para siswa saya berikan motivasi untuk terus giat belajar mengukir prestasi agar dapat mengangkat nama NTT, ” tegasnya.
Sementara ketua yayasan SMA Kristen Mercusuar, Pendeta Hendri Riyadi mengucapkan syukur dan pujian pada Tuhan karena prestasi yang diraih anak-anak. Ini merupakan suatu yang luar biasa.
“Kenapa saya katakan luar biasa karena saat ini animo atau apresiasi masyarakat dalam dunia pendidikan cendrung menurun, apalagi UN tidak lagi menentukan kelulusan karena begitu banyak lembaga pendidikan tidak bisa memberikan kualitas yang baik dengan demikian Pemerintah secara jujur mengatakan kalau UN menentukan kelulusan, maka fakta yang sebenarnya terjadi 70 % siswa-siswi itu tidak bisa lulus, artinya hanya ada 30% saja yang layak lulus, oleh karena itu supaya tidak menjadi beban bagi anak didik maka pemerntah menentukan bahwa UN tidak lagi menjadi penentu kelulusan,” katanya.
Menurut Pendeta Hendri, ada kecendrungan di masyarakat yang tidak menghargai kualitas pendidikan yang terpenting anaknya lulus tidak mau tahu anak itu memiliki kualitas atau tidak.
“Ini suatu dilema masyarakat kita yang belum mengapresiasi pendidikan yang berkualitas, sehingga tidak heran sekolah negeri yang mestinya terima 300 murid tetapi kenyataanya menerima 1100 murid, akibatnya jumlah murid dalam satu rombongan belajar bisa mencapai di atas 50an orang, sesudah itu ada kelas pagi dan kelas siang,” tandas Pdt. Hendri.
Ditengah kelesuan animo masyarakat yang tidak mengapresiasi kualitas pendidkan, kata Pdt Hendri, Yayasan Mercusuar justru bangkit dan memperlihatkan bahwa sekolah harus berkualitas dengan menitik beratkan pada pembangunan karakter anak didik yaitu karakter yang cinta Tuhan, karakter yang tidak gampang menyerah tapi punya semangat tinggi, siap bersaing sebab dunia sekarang sangat kompetitif.
“Kita adalah bangsa yang besar, Negara yang luas kalau SDM tidak dibangun pada akhirnya kita hanya mampu mengekspor tenaga-tenaga kita menjadi TKI dan TKW. Yang di luar negeri dipandang sebagai budak, tenaga kerja kasar, sudah begitu banyak orang yang dikirim keluar negeri, termasuk daerah ini. Oleh sebab itu dunia pendidikan perlu diapresiasi supaya kita jangan menjadi bagsa yang tertingal, bangsa yang mudah dijajah, bangsa yang bisa diperbudak,” pungkasnya. (Jefri)