PORTALNTT.COM, KOTA KUPANG – Anggota DPD RI, Abraham Paul Liyanto, dalam masa resesnya melakukan pertemuan dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Provinsi NTT. Hal ini sebagai bagian dari tugas dan fungsi komite III DPD RI yang membidangi kesehatan.
Ketua DPW PPNI NTT, Aemilianus Mau mengatakan setiap tahun di NTT ada sekitar 1000 lebih tenaga kesehatan khususnya perawat yang diwisuda. Jumlah ini kata Dia, sungguh berbanding terbalik dengan penyerapan tenaga kerja pada sejumlah rumah sakit pemerintah maupun swasta.
“Kami minta kepada bapak (Abraham Liyanto,red) untuk memperjuangkan persoalan ini,” ungkap ketua DPW PPNI NTT yang akrab disapa Wily di aula Stikes CMHK, Rabu (1/11).
Selain itu kata Wily, ada sejumlah tenaga kontrak yang terdapat di sejumlah rumah sakit pemerintah dan swasta, jumlahnya sekitar 3000an lebih.
“Pada saat pertemuan di Jakarta telah kami sampaikan agar perjuangkan nasib tenaga kontrak (perawat) agar diangkat menjadi CPNS,” imbuhnya.
Adriana salah satu perawat di puskesmas di Kota Kupang mengeluhkan jumlah tenaga perawat yang sesuai aturan permenkes untuk satu puskesmas dibatasi 5 orang. Jumlah ini menurutnya sangat tidak sebanding dengan beban kerja yang harus dilakukan setiap hari.
“Jumlah kunjungan pasien di puskesmas dalam sehari bisa mencapai 100 lebih orang. Dengan jumlah perawat yang hanya 5 orang, kami rasa sangat terbeban. Kami minta melalui Bapak Abraham Liyanto tolong perjuangkan ini, karena aturan ini tidak selaras lagi dengan kondisi, beda kalau puskesmas di kabupaten yang jumlah kunjungan tidak mencapai 100 orang dalam perhari,” katanya dengan penuh harap.
Adriana juga mengeluhkan mental para PNS yang berada di puskesmas, selalu menuntut kenaikan tunjangan dan lain-lain tapi hal itu tidak sebanding dengan pekerjaan yang dilakukan.
“Kalau memang pemerintah mau menaikkan insentif atau apapun itu, maka harus dibarengi dengan penilaian kinerja sehingga selaras dengan tuntutan yang ada. Jangan hanya menuntut ini dan itu tapi giliran kerja hanya malas-malasan,” ketusnya dengan nada tinggi.
Selain itu, salah seorang perawat di RSUD W.Z. Johanes Kupang, Antonia mengeluhkan tentang gaji yang diterima tenaga kontrak daerah yang sangat minim yaitu hanya Rp. 200.000, dan pembayaran pun dilakukan per triwulan, sementara beban kerja sama dengan tenaga PNS lainnya.
“Semoga melalui kesempatan ini, nasib kami dapat diperjuangkan,” pinta tenaga perawat kontrak daerah ini.
Mendengarkan berbagai keluhan dan masukan, Senator Abraham mengatakan pada prinsipnya dalam forum diskusi ini belum bisa menjawab persoalan yang dihadapi. Namun Ia memberikan keyakinan bahwa segala apa yang telah disampaikan akan ditampung dan selanjutnya akan diperjuangkan nanti di pusat.
“Saya harus tekankan bahwa kesempatan ini bukan memberikan jawaban atas apa yang disampaikan, nanti saya tampung dan bila masih ada yang belum bisa disampaikan tolong dicatat lalu diserahkan kepada staf biar nanti secara terperinci dalam pertemuan dengan menteri kesehatan, hal-hal itu akan disampaikan,” kata Senator Abraham.
Abraham mengatakan perjuangan yang bisa dilakukannya sesuai dengan tugas fungsi DPD.
“Kita akan bahas dalam prolegnas, dan nanti akan diperjuangkan melalui RUU (Rancangan Undang-Undang) untuk kemudian dibahas dan disahkan dalam bentuk Undang-Undang, sehingga berlaku bagi seluruh wilayah NKRI,” tegas Abraham.
Menurutnya jika NTT mau maju maka dibutuhkan keadilan sosial bukan bantuan sosial.
“Saya selalu menekankan berulang-ulang dalam setiap kesempatan bahwa yang dibutuhkan itu keadilan sosial bukan bantuan sosial,” tegasnya.
Kegiatan diskusi bersama anggota DPD RI Perwakilan NTT, Abraham Paul Liyanto diikuti oleh pengurus DPW PPNI Provinsi NTT, Ketua PPNI Kota Kupang Niko Kewuhan dan pengurus PPNI Kota Kupang, sejumlah tenaga perawat dari RSUD W.Z. Johanes Kupang, RS Mamami, RS Kartini, RS Leona, RS Bhayangkara, RS Carolus Baromeus, RSJ Naimata, RS Naibonat, para dosen beberapa universitas kesehatan antara lain universitas maranatha, Politeknik Kesehatan (poltekes), Puskesmas-puskesmas di Kota Kupang, dan mahasiswa Stikes CMHK jurusan Farmasi.
Pada akhir diskusi, seluruh peserta merasa bahagia karena kedatangan seorang artis yang juga mantan anggota DPD RI, Maya Romantir.
Pantuan media ini, hampir sebagian peserta mengabadikan moment itu, melalui smartphone mereka dan ada yang mengambil kesempatan berfoto bersama Maya Romantir, perempuan berdarah Sulawesi Utara (Manado) ini. (Jefri)