PORTALNTT.COM, NAGEKEO – Seluruh pelaku usaha pariwisata di kabupaten Nagekeo mengikuti workshop peningkatan kapasitas usaha masayarakat di destinasi wisata yang di selenggarakan oleh kementerian Pariwisata melalui Dinas Pariwisata Provinsi NTT dan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Nagekeo, di Hotel Sinar Kasih, Mbay, Selasa (30/5/2017).
Workshop ini menghadirkan empat orang nara sumber yaitu Anggota DPD RI, Abraham Paul Liyanto, Sekretaris Dinas Pariwisata NTT, Welly Rohimone, Pemerhati Pariwisata, Alo Dando, dan Kadis Pariwisata Nagekeo, Ndona Andreas Corsini.
Anggota DPD RI, Abraham Paul Liyanto saat membawakan materi tentang peran DPD RI dalam pengembangan pariwisata di NTT, mengatakan sebagai anggota DPD RI memiliki tugas dan fungsi untuk mendorong pemerintah pusat untuk menyediakan anggaran dan infrastruktur yang memadai di daerah destinasi pariwisata, mendorong dan mendukung didirikannya pendidikan vokasional bidang pariwisata yang bermutu dan berstandar internasional, mengadvokasi jika ada hambatan di daerah tujuan wisata.
Abraham mengatakan kondisi pariwisata Indonesia yang masih jauh tertinggal dengan negara-negara lain di Asia padahal jika dibandingkan dengan negara-negara itu, kekayaan obyek wisata dengan potensi nilai-nilai budaya yang sangat kaya.
“Kita bisa bandingkan Malaysia jumlah penduduk 29 juta, total wisatawan yang berkunjung itu 25 juta, Korea Selatan, penduduk 50 juta, wisatawan yang datang itu 35 juta, Turki penduduk 75 juta, kunjungan wisata 253 juta,” jelas Abraham yang juga adalah ketua Kadin NTT.
Menurutnya pembangunan pariwisata itu perlu kerjasama semua elemen untuk bersinergi mengelola dan mengembangkan destinasi pariwisata yang ada. Namun demikian pemerintah harus menjadi pelopor.
“Pariwisata itu itu butuh cerita dan event. Hal itu tidak bisa dilakukan oleh swasta tetapi harus dilakukan oleh negara (pemerintah),” tegas senator Abraham.
Abraham mengatakan ada beberapa tantangan pariwisata di NTT itu karena masih rendahnya kualitas SDM salah satunya yaitu penguasaan bahasa asing, selanjutnya terbatasnya infrastruktur pelabuhan Fery, iklim usaha yang belum kondusif, dan akses permodalan.
Salah satu narasumber sadar wisata Alo Dando mengatakan pariwisata merupakan alat yang efektif dalam pengembangan wilayah. Pasalnya ada beberapa hal yaitu karakter ‘In Situ’ yang mendorong pengembangan wilayah, membuka isolasi wilayah dan pengentasan kemiskinan, dampak ekonomi multi ganda pariwisata yang menciptakan dampak langsung atau tidak langsung yang menggerakkan UMKM dan ekonomi rakyat.
Menurut Alo Dando, antara masyarakat dan pariwisata memiliki hubungan karena masyarakat lokal dengan kekayaan adat dan tradisi budaya merupakan aset dan daya tarik kepariwisataan.
“Masyarakat lokal merupakan tuan rumah (host) bagi tamu atau wisatawan yang berkunjung ke daerah dengan tetap menjunjung sapta pesona antara lain aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan,” jelas mantan kepala BNN provinsi NTT ini.
Wilhelmina Bones (45), pelaku wisata kuliner mengaku sudah menjalani usahanya sudah 2 tahun, namun hingga saat ini masih memiliki banyak kendala. Pasalnya tempat usahanya masih sangat sederhana dan usahanya belum bisa berkembang dengan baik karena kekurangan modal usaha.
“Hasil usaha saya pakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan puji Tuhan bisa bantu suami yang hanya sebagai petani,” ungkapnya dengan polos.
Wanita kelahiran Kefa (Insana) ini mengaku bisa bertahan dengan usaha yang dijalaninya. Untuk itu Dia berharap bantuan pemerintah sehingga bisa membantu mengembangkan usaha dengan bantuan modal.
“Jujur saya masih memiliki kendala modal dan juga ketrampilan untuk mengembangkan jenis usaha. Selama ini hanya jual keu-kue dan minuman. Saya ingin maju dan kalau pemerintah bisa membantu maka saya sangat siap,” tegas ibu empat orang anak ini.
Hal senada juga diungkapkan, Maria Theresia Una (45) mengaku masih memiliki banyak kendala untuk mengembangkan usahanya. Dia berharap ada bimbingan dan bantuan pemerintah bagi masyarakat khususnya bagi mereka-mereka yang saat ini menjalankan usaha kecil-kecilan di destinasi wisata.
“Saya sangat senang bisa datang ikut kegiatan ini. Saya berharap bisa mendapatkan pengetahuan agar bisa membantu usaha selanjutnya, karena selama ini kami hanya mampu melakukan usaha kecil-kecilan sesuai dengan kemampuan yang terbatas,” imbuh wanita asal Boawae ini. (Jefri)