PORTALNTT.COM, KUPANG – Pengetahuan tentang pengolahan buah tomat di masyarakat saat ini masih sangat minim. Biasanya buah tomat diolah sebagai pelengkap sayuran, sambal atau jus ternyata buah tomat dapat diolah menjadi beraneka macam produk olahan pangan, yang mempunyai nilai ekonomis.
Seperti yang dilakukan oleh sekelompok ibu rumah tangga yang berada di kelurahan Naioni, Kecamatan Alak, Kota Kupang. Dibawah bimbingan para Dosen dan Mahasiswa Praktek Kerja Lapangan (PKL) dari Politeknik Pertanian Negeri Kupang, berinisiatif memberikan pelatihan dan edukasi kepada 12 orang Ibu Rumah Tangga yang tergabung dalam kelompok tani Maju Bersama.
Adapun ide usaha kreatif yang dilakukan oleh kelompok tani Maju Bersama yaitu olahan makanan berbentuk manisan berbahan dasar tomat atau yang dikenal dengan sebutan Torakur (Tomat Rasa Kurma).
Haryati M Sengadji SP. M.Sc, Ketua Program Studi Pengolahan Agribisnis Politani Negeri Kupang, mengatakan Ide awal membuat torakur tidak lain beranjak dari rasa keprihatinan terhadap nasib para petani tomat di Kelurahan Naioni, Kecamatan Alak, yang pada saat musim panen serentak dengan banjirnya tomat di Pasar, Para petani tidak mempunyai pilihan lain mereka terpaksa harus menjualnya kepada para tengkulak dengan harga yang menurun drastis. Dari permasalahan itu diberikan alternatif olahan tomat menjadi torakur (tomat rasa kurma).
“permasalahan paling inti yang kami temui dilapangan berdasarkan hasil survei pendekatan kami dengan para petani, mereka selalu mengalami over produksi.Saat panen raya hampir semua petani panen tomat diwaktu yang bersamaan dan itu mengakibatkan harga jual tomat menjadi anjlok bahkan sampai di bawah Rp.5.000/Kg. para petani tidak punya pilihan lain. sehingga mereka bingung harus berbuat apa. Mereka terpaksa harus menjualnnya agar kembali modal. Oleh karena itu kami memutuskan untuk memperkenalkan teknologi yang cukup baru yaitu membuat manisan Tomat Rasa Kurma (Torakur) jadi bahan bakunya murni 100% dari tomat itu sendiri”.Kata Haryati.
Haryati menambahkan kegiatan Penerapan IPTEK Masyarakat (PIM) yang dilakukan di Kelurahan Naioni merupakan kollaborasi antara Politeknik Pertanian Negeri Kupang program ptudi Pengolahan Agri Bisnis, program studi Teknologi Rekayasa Pangan (TRP) berkerjasama dengan Dinas Pertanian.
Metode pelaksanaan dalam kegiatan PIM ini dibagi dalam 6 bagian yaitu mensinergikan kegiatan-kegiatan dalam program desa penyuluhan tentang penguatan kelompok tani, pelatihan proses pengolahan produk olahan torakur (tomat rasa kurma), pembuatan label dan pengemasan, analisis usaha, Pengurusan Ijin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), hingga pada proses pemasaran dengan menggunakan teknologi promosi melalui media sosial dan lain sebagainya.
Lebih lanjut Ia memaparkan potensi luar biasa dari Kelurahan Naioni akan hasil-hasil pertanian holtikultura dalam bentuk segar, sehingga menjadi modal kuat bagi ibu-ibu setempat untuk pengolahan lanjutan guna peningkatan ekonomi keluarga.
Teknologi pembuatan olahan makanan berbahan dasar tomat (Torakur) menjadi salah satu produk yang menjadi pilihan bagi mereka karena produk olahan makanan jenis itu masih tergolong baru khusus untuk masyarakat di kalangan Kota Kupang. Bahkan cara pembuatannya cukup mudah, murah dan peralatan yang digunakan juga sederhana. Pengolahan Torakur membutuhkan waktu sekitar 1 minggu dengan rangkaian proses yaitu adanya pemilihan tomat yang sudah matang, dicuci bersih, direndam air kapur yang kemudian di bersihkan kembali dan direbus dengan gula yang kemudian dikeringkan dibawah Sinar Matahari. Untuk tingkat ketahanan manisan pihaknya menjamin bahwa hasil produksinya itu mampu bertahan hingga 3 bulan.
Sementara itu Arkalaus Neno Saba Ketua kelompok tani Maju Bersama, menyampaikan terima kasih atas ide kreatif membuat torakur yang diajarkan oleh para dosen dan mahasiswa dari Politani Negeri Kupang. Menurutnya dengan adanya pelatihan membuat produk olahan tarakur ini bisa menjawab keresahan mereka akan menurunnya harga tomat disaat memasuki musim panen.
“Kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada para dosen dan mahasiswa dari Politani Negeri Kupang. Karena terus terang sebelum adanya pelatihan seperti ini, selama ini kami hanya tau kalo tiap kali panen kami harus cepat menjualnya. kadang kalo panen serentak tomat terlalu banyak, kami terpaksa harus jual dengan harga sangat murah”. ungapnya.
Lebih lanjut Arka Merincikan khusus untuk tanaman tomat dalam sekali tanam bisa beberapa kali panen. Bahkan jika over produksi mereka terpaksa harus menjual rugi 10 kali lipat dari pada harga normalnya. Mereka lebih memilih menjual hasil panennya dari pada dibiarkan rusak membusuk.
“Khusus untuk tanaman tomat ini satu kali tanam kami bisa panen beberapa kali. Biasanya Kami jual per ember isi 6 Kilo Gram kalo sebelum bulan Januari Februari, kami jual dengan harga tertinggi antara Rp.80.000 sampai Rp.100.000 tapi kalo musim tomat disaat semua petani panen tomat harga merosot sampai Rp.10.000 (Sepuluh Ribu Rupiah) per ember. Kami terpaksa harus jual karena tomat ini kita tidak bisa simpan lama. Dari pada rusak biar orang datang tawar murah kita jual saja”. Jelas Arka.
Melalui kegiatan ini diharapkan hasil panenan dapat diolah lebih lanjut untuk peningkatan nilai ekonomis dan juga untuk penanganan hasil panen yang berlimpah, seperti yang saat ini sedang terjadi dimana harga jual tomat yang rendah di pasaran.
Kerja Kollaborasi yang dilakukan oleh para Dosen dan Mahasiswa Politani Negeri Kupang dan Dinas Pertanian ini sejalan dengan apa yang harapkan Gubernur NTT dalam kunjungan kerja beberapa waktu lalu di Pulau Timor, Gubernur Viktor sempat menanam secara simbolis tanaman hortikultura dengan sistem irigasi tetes di Kabupaten Belu, Selasa (4/7/2023). Dan memanen tomat milik kelompok tani binaan Bank NTT Orang Muda Katolik dan Umat Paroki Santo Antonius Padua Sasi-Kefamenanu 6/7/2023.
Dalam arahannya Gubernur Viktor mengajak seluruh petani di Kabupaten Belu dan Kabupaten TTU agar tetap berkolaborasi dengan Pemerintah untuk membangun kemandirian lembaga petani dan meningkatkan kesejahteraan petani.
“Ini kerja kolaborasi yang membuahkan hasil dan menjadi contoh agar kita bisa bekerja bersama untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kita semua,” ujar Gubernur NTT.
Gubernur VBL pun menegaskan agar kedepannya bahan-bahan hasil pertanian hortikultura seperti Cabai dan Tomat dapat diolah dan diproduksi secara industri menjadi saos yang dapat memberikan nilai jual tinggi, serta menurunkan ketergantungan terhadap produk-produk olahan dari luar NTT.
“Bahan mentah hasil pertanian ini kedepan harus bisa kita olah jadi saos sambal dan saos tomat. Kembangkan mindset kita untuk tidak lagi datangkan produk dari luar, karena kita bisa memiliki potensi tersebut. Dengan produk sendiri, justru akan mendatangkan keuntungan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara luar biasa,” ungkapnya.
Untuk menunjang kesejahteraan para petani dan pelaku UMKM di Nusa Tenggara Timur, Gubernur NTT sebelumnya telah mengeluarkan Perda yang mewajibkan seluruh masyarakat di NTT untuk menggunakan bahan dan produk-produk lokal.
Selain itu Gubernur NTT telah mengandeng lembaga keuangan seperti Bank NTT untuk memberikan kemudahan bantuan modal usaha berupa (Kredit Usaha Rakyat) KUR untuk kelompok-kelompok UMKM di NTT. bahkan pinjaman modal usaha tanpa Bunga atau yang dikenal dengan Kredit Merdeka. Gubernur menegaskan Kehadiran Pemerintah dan lembaga keuangan mesti membawa keberpihakan kepada masyarakat banyak.