PORTALNTT.COM, KUPANG – Pariwisata Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan potensi besar dalam mendukung dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Jika pemerintah daerah bersama semua pihak secara terpadu dan terencana mengelolah potensi tersebut maka dapat memberi nilai tambah ekonomi dan menciptakan iklim investasi pariwisata yang kondusif. Demikian yang disampaikan Kepala Bidang Destinasi Disparekraf Provinsi NTT, Beni Wahon saat membacakan sambutan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT dalam kegiatan Forum Group Diskusi (FGD) Penyusunan Rencana Induk dan Rencana Detail Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, di Hotel Neo by Aston, Jumat (19/8).
Peserta yang mengikuti kegiatan FGD ini terdiri dari Instansi terkait dari 4 kabupaten yakni Alor, Ende, Sumba Barat Daya dan Rote Ndao dan steakholder yang hadir diantaranya Asita, PHRI, Badan Lingkungan Hidup, Bapeda, Dinas Pekerjaan Umum, Empat tim ahli jasa konsultan yang terkait dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata.
Selain itu nara sumber yang memberikan materi diantaranya Dr. Frans Teguh, MA, Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata, Dr. Rino Wicaksono Marchud, MURP, IAP – Ketua Tim Manajemen PusatPenyusunan Induk dan Rencana Detil KSPN, Drs. Harwan Ekoncahyo, MT, kabid Perencanaan Destinasi Pariwisata, dan Ali Nurman Staf Asisten Deputi PIEP.
Menurutnya kegiatan FGD penyusunan rencana induk dan rencana detail di 4 KSPN NTT merupakan salah satu rancangan pengembangan destinasi pariwisata yang berdampak pada aspek pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam dan daya dukung lingkungan hidup.
“Oleh karena itu melalui kegiatan ini diharapkan dapat mendorong daerah dalam rangka mengoptimalkan pengembangan pariwisata daerah yang mandiri dan sitematis dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, kekhasan budaya dan alam,” katanya.
Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata, Dr. Frans Teguh, MA dalam pemaparannya mengatakan dalam merencanakan KSPN ada 4 tantangan yang harus diperhatikan yaitu Attractiveness (daya tarik), Competitiveness (daya saing), Allure (daya pikat) dan Lokalitas.
“NTT sudah punya itu tapi sekarang bagaimana mengatur, menata supaya daya tarik itu berlangsung dengan baik, dirawat, dijaga, dikonservasi. Attractiveness harus menghasilkan activity economy (Aktifitas ekonomi) karena kita harus menciptakan berbagai macam aktifitas ekonomi, karena semakin banyak orang melakukan aktifitas ekonomi, semakin banyak orang mengeluarkan uang,” katanya.
Teguh mengatakan, dunia sat ini memberikan pilihan lebih banyak. Pilihan itu akan sangat berdampak jika kita meningkatkan daya saing.
“Kalau NTT pariwisatanya mau bertumbuh dan berkembang berikanlah perhatian kepada sumber daya manusianya karena persaingan saat ini, jadi kita harus bergerak pada kualitas pelayanan yang baik,” tandasnya.
Lebih lanjut dijelaskan Pariwisata akan kuat dari aspek daya pikat yang unik sehingga membedakan suatu daerah dengan daerah lain, inilah yang menjadi kunci bagi wisatawan ntuk datang berkunjung ke destinasi-destinasi yang dimiliki.
“Kita akhirnya tidak bisa menjamin masa depan komodo, kelimutu, masa depan taman bawah laut akan tetap menjadi daya pikat kita selamanya. Tapi alangkah konyolnya kalau sekarang kita melakukan eksplotasi tapi kita tidak tahu bahwa ternyata pemula-pemula divers muda yang turun menyelam, berapa banyak terumbu karang kita yang hancur dan berantakan jika tidak ada yang memandunya,” tegasnya.
Selain itu dikatakannya aspek lokalitas, dimensi-dimensi yang melekat dengan konteks, dengan situasi yang ada di wilayah tersebut karena itulah yang menjadi aura.
“Alam, budaya itu adalah hadiah dari Tuhan. NTT itu tidak miskin, NTT itu sangat kaya. Kita yang belum sadar bahwa ternyata kita kaya. Kita membandingkan Singapore atau Dubai dengan gedung pencakar langit itu adalah buatan manusia, kalau alam itu buatan Tuhan, jadi sebetulnya yang paling mulia itu adalah alam. Ketika kita ke Bali itu suasana balinya sangat Nampak nah kita ingin di NTT juga bisa seperti demikian dengan berbagai macam-macam bentukan variasinya, ada musiknya, makananya, yang pakiannya dan lain sebagainya,” pungkasnya.
Adapun empat kawasan Strategis Pariwisata Nasional diantaranya Ende-Kelimutu dan sekitarnya, Alor-Kalabahi dan sekitarnya, Waikabubak-Manupeh Tanam daru dan sekitarnya, Nembrala-Rote Ndao dan sekitarnya. (Jefri)