Pemdes Batutua Masih Belum Tuntaskan Pembangunan RLH Milik Nenek Dortia Bella, Tercium Aroma Korupsi

  • Whatsapp
banner 468x60

PORTALNTT.COM, ROTE NDAO – Pembangunan Bantuan Rumah Layak Huni (RLH) milik Nenek Dortia Bella di Desa Batutua untuk tahun anggaran 2020 masih belum tuntas 100% dan menjadi polemik yang berkepanjangan.

Pasalnya RLH yang menelan biaya  sebesar Rp 70.000.000 itu seharusnya tidak ada swadaya apapun dari penerima. Namun sesuai fakta yang ditemukan media ini bahwa Pihak Pemerintah Desa Batutua malah membebani Nenek Dortia untuk harus menanggung kayu Kap dan atap rumah tersebut.

Saat di konfirmasi oleh media ini di kediamannya di Dusun Boahohorok, Desa Batutua, Kec. Rote Barat Daya, pada Jumat (22/1/2021) Nenek Dortia menjelaskan bahwa awalnya Pj Kades Batutua (Johan Mooy) berjanji akan menggantikan kembali uang kayu yang ditanggungnya.

“Waktu itu Papa Desa (Johan Mooy) bilang mau ganti kembali uang kayu. dia bilang nanti ganti uang saat datang pasang Pintu dan Jendela, tapi saat pasang pintu dia tidak datang. Yang datang hanya tukang dan dia punya anak yang datang pasang pintu dan jendela,” ungkap Nenek Dortia dengan nada sedih.

“Jadi tadi pagi mereka (Pemdes Batutua) sudah datang bayar uang seng licin. Katanya uang kayu sudah di bayar di Cucu saya Cornelis Bela,” lanjut Nenek Dortia menjelaskan.

Sementara itu, Kornelis Bela saat dikonfirmasi media ini di rumahnya di Desa Sakubatun pada, Jumat (22/1/2020) menjelaskan bahwa Pj Kades Batutua, Johan Mooy hanya kasi  uang sebesar Rp 1.000. 000 saja untuk bayar 5 pohon lontarnya yang ditebang untuk kerja kap dan atap RLH Nenek Dortia.

“Tadi pagi dia (Johan Mooy) telpon saya suruh ke rumahnya. Sampai disana dia kasi uang 1 juta rupiah untuk bayar 5 pohon lontar (tuak) yang dipakai untuk kap dan atap RLH Nenek saya. Katanya bahwa bayarannya hanya 1 juta saja,” ungkap Kornelis yang biasa di sapa Ne’i Bella.

“Sedangkan untuk biaya sensor, dia bilang dia sudah bayar biaya sensor di tukang sensor, Hendrik Mbori,” lanjut Cornelis mengungkapkan.

Senada dengan Cornelis, Hendrik Mbori yang adalah tukang sensor itu saat di konfirmasi media ini melalui panggilan selular pada Jumat (22/1/2021) menjelaskan bahwa benar Pj Kades Batutua sudah bayar biaya sensor sebesar Rp 1.500.000.

“Pj Kades Batutua (Johan Mooy) sudah bayar saya 1,5 juta rupiah untuk biaya sensor 5 pohon Lontar (tuak) itu,” pungkas Hendrik Mbori.

Sedangkan sesuai dengan data RAB (Rencana Anggaran Biaya) dari Bantuan RLH Desa Batutua yang media ini peroleh secara resmi dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kab. Rote Ndao tertulis jelas bahwa biaya pengadaan kayu untuk kap dan atap RLH tersebut harusnya adalah sebesar  Rp, 12.100.000 (Dua Belas Juta Seratus Ribu Rupiah).

Seusai data RAB tersebut, harusnya material yang digunakan untuk kap dan atap RLH itu adalah Kayu Kelas I Lokal ukuran 6/12 sebanyak 0,45 kubik dengan biaya Rp, 4.400.000 dan Kayu Kelas II Lokal ukuran 6/12 sebanyak 0,25 kubik dengan biaya sebesar Rp 3.850.000. dan kayu Kelas II Lokal ukuran 5/10 sebanyak 0,75 kubik dengan biaya sebesar Rp 3.850.000. Jadi total biaya kayu kap dan atap RLH milik Nenek Dortia itu harusnya sebesar Rp 12.100.000.

Sementara itu, Pj Kades Batutua yakni Johan Mooy saat coba dikonfirmasi berulang kali oleh media ini melalui sambungan telepon tidak merespon dan juga media ini sudah berusaha untuk konfirmasi langsung di rumahnya pada Jumat (22/1/2021) yang bersangkutan tidak ada di rumahnya.

Untuk diketahui bahwa RLH milik Nenek Dortia Bella di Desa Batutua ini harusnya sudah selesai karna proyek RLH tersebut untuk tahun anggaran 2020. Namun sampai detik ini masih belum tuntas 100% dan bahkan bak penampung air di kamar mandi pun belum dikerjakan.

Penulis: Daniel Timu

Editor: Jefri Tapobali

Komentar Anda?

banner 300x250

Related posts

banner 468x60