PORTALNTT.COM, KUPANG – Pameran Arsip Publik MEREKAM KOTA 2024, RUANG BERKUMPUL: Lokus Raja akan resmi dibuka pada 12 Oktober 2024 di De Museum Cafe JKK. Pameran ini mengajak masyarakat untuk mengeksplorasi sejarah dan transformasi sosial Kota Kupang melalui arsip, dokumentasi visual, dan cerita lisan yang dikumpulkan dari masyarakat lokal.
MEREKAM KOTA adalah program sosial yang diinisiasi oleh SkolMus sejak tahun 2020, dengan tujuan mendokumentasikan perubahan Kota Kupang dari berbagai sisi melalui arsip visual, cerita, dan memori warga. Selama empat tahun terakhir, program ini telah berhasil mengumpulkan lebih dari 3.500 arsip dari individu, keluarga, dan lembaga, yang menggambarkan perubahan sosial dan budaya di kota ini.
Subtema Lokus Raja menjadi sub tema yang diangkat oleh MEREKAM KOTA 2024 sebagai pintu masuk untuk mendiskusikan berbagai arsip dan sejarah lisan yang berhasil dikumpulkan. Subtema ini mengundang warga untuk merenungkan pertanyaan penting: Kupang milik siapa? Refleksi ini bertujuan membangkitkan diskusi tentang makna ruang publik dalam kehidupan sehari-hari warga.
Pada tahun 2024, MEREKAM KOTA berhasil mengumpulkan arsip dari 13 keluarga kontributor, termasuk Keluarga Ratu, Keluarga Oma Sarah Kapitan, Keluarga Bunga, Keluarga Pah, Keluarga Opa Markus Ndoen, Keluarga Tiluata, Keluarga Loban, Keluarga Thei, Keluarga Elim, Keluarga Henuk, Keluarga Daulima, Keluarga Tandjung, dan Keluarga Opa Vanus Ndoen. Proses pengarsipan dimulai sejak Maret hingga Agustus 2024, dan tim pengarsipan berhasil mengumpulkan sekitar 400 arsip keluarga. Fokus pengarsipan tahun ini berada di Kecamatan Kota Raja.
Tim Pengarsipan bekerja di delapan kelurahan yang berada di bawah Kecamatan Kota Raja, mencakup wilayah seperti Naikoten, Kuanino, Bakunase, Airnona, Nunleu, dan Fontein. Topik-topik utama yang diangkat mencakup mata air dan masyarakat Kota Raja, pertokoan Kuanino sebagai ruang ekonomi, hiburan masyarakat, persebaran suku yang menggambarkan kompleksitas sosial, serta sejarah Tingkat 1 sebagai pusat pemerintahan Kupang.
Namun, dari isu-isu ini muncul refleksi kritis tentang pembangunan yang berlangsung di Kota Raja. Pembangunan bukanlah proses netral, melainkan sering kali menjadi alat yang meminggirkan komunitas atau masyarakat tertentu. Ruang-ruang berkumpul yang tercipta, ditinggalkan, dan dibangun kembali mencerminkan pola kekuasaan yang terus berubah. Pemerintah dan pihak terkait memainkan peran besar dalam menentukan siapa yang memiliki hak atas ruang, siapa yang diuntungkan, dan siapa yang terpinggirkan.
Proses ini menunjukkan bahwa pembangunan, dengan segala janji kemajuan, juga membawa dampak sosial yang kompleks, di mana ruang-ruang yang semula menjadi tempat interaksi dapat berubah menjadi simbol ketimpangan dan eksklusi.
Dalam subtema Lokus Raja, kuratorial dan artistik MEREKAM KOTA menghadirkan refleksi mendalam tentang ruang berkumpul dan perannya dalam membentuk wajah kota. Pameran
ini mengeksplorasi ruang berkumpul sebagai ranah yang penuh makna, baik secara politis maupun apolitis, di mana tanda-tanda perubahan sosial dan ketimpangan kerap muncul. Lewat karya visual dan arsip tak kasat mata, MEREKAM KOTA menyoroti dinamika pembangunan yang sering mendua, menciptakan suka dan duka. Kuratorial ini mengajak pengunjung untuk merenungkan peran ruang dalam kehidupan kota, bagaimana ruang tersebut bisa menjadi pusat kekuasaan tetapi juga tempat bagi mereka yang dipinggirkan.
Selain koleksi arsip publik dan instalasi seni, pameran ini juga menghadirkan Lab Ingatan, sebuah ruang bagi seniman untuk bereksperimen dengan arsip, sejarah lisan, dan tema ruang berkumpul. Para seniman yang berpartisipasi antara lain: Orang-Orang Kerumunan, Gulung Tukar, Bengkel Seni Milenial, Junita Cicilia Brand, Adventya Putri, dan Vickram Sombu, mereka adalah seniman-seniman yang berasal dari Kupang dan luar Kupang dan akan merespons arsip serta cerita lisan dari Kota Raja.
Selama pameran, MEREKAM KOTA juga akan menyelenggarakan berbagai program publik menarik, seperti “Bincang Arsip, 2024 Langkah Bersama MEREKAM KOTA, Bawa Arsipmu dan Ceritakan, Tukar Cerita bersama Pemain Sepatu Roda, Tour Anak Sekolah, Performance Night dari Lab Ingatan, dan Pemutaran Film.”
Sherly Atty, Manager Program MEREKAM KOTA, menyatakan “Kali ini, MEREKAM KOTA tidak hanya menemukan ruang-ruang berkumpul yang terbentuk di Kota Raja, tetapi juga menyingkapkan ‘Ruang Berpisah’, ruang yang mengungkapkan cerita-cerita tentang perpisahan, kehilangan, dan ingatan yang terpecah di dalam kota ini. Ada banyak rahasia-rahasia tentang kota ini yang menunggu untuk dibuka. Saya bisa katakan kalau pengalaman kali ini lebih dari sekadar melihat arsip.”
Pameran Arsip Publik MEREKAM KOTA 2024 akan berlangsung dari 12 Oktober hingga 26 Oktober 2024 dan terbuka untuk umum tanpa biaya masuk.