Nyonya Fischbach Fangidae, Perempuan Berhati Mulia Yang Aktif Melakukan Karya Kemanusiaan di 15 Negara

  • Whatsapp
banner 468x60

PORTALNTT.COM, KOTA KUPANG – Hidup adalah anugerah yang wajib disyukuri oleh setiap mahkluk di muka bumi ini, terlebih manusia yang diberikan akal budi dan perasaan.

Setiap saat dalam kehidupan wajib disyukuri, apalagi bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan sang pencipta, karena hidup adalah sebuah kesempatan.

Read More

banner 300250

Sebagai insan yang percaya pada Tuhan sang pencipta, manusia diajarkan untuk saling mengasihi dan mencintai sesama manusia. Ini bagian dari eksistensi manusia sebagai Mahkluk sosial.

Ungkapan kasih sayang yang paling indah adalah ketika kita bisa berbagi, terutama berbagi kepada kedua orang tua, ayah, ibu, suami/istri, anak, saudara, sahabat, dan orang-orang di sekeliling kita.

Tak lupa juga berbagi rezeki kepada mereka yang paling membutuhkan yaitu mereka yang hidupnya sedang kesusahan dan serba kekurangan seperti anak yatim piatu, fakir miskin dan lainnya.

Karena berbagi kepada sesama manusia memberi jiwa terasa damai. Berbagi dengan tulus tanpa pamrih memberikan perasaan suka cita.

Falsafah hidup berbagi kepada sesama inilah yang menjadi bagian dari kehidupan Nyonya Rowiy R. Fangidae Fischbach (52). Perempuan berhati mulia ini, selalu aktif melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan bagi kaum marginal, orang-orang susah yang tak berdaya.

Kurang lebih ada 15 negara yang menjadi mitra Nyonya Fischbach Fangidae untuk bisa berbagi dan melakukan aksi-aksi sosial kemanusiaan, termasuk Indonesia.

Aksi sosial kemanusiaan ini dilakukannya melalui organisasi sosial resmi seperti Red Cross International (Palang Merah Internasional) di Amerika yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan sosial kemanusiaan di seluruh dunia.

Dari sekian banyak anggotanya, Nyonya Fischbach Fangidae merupakan salah donatur tetap yang menyumbangkan uang tunai kepada Palang Merah Internasional untuk digunakan dalam aksi sosial kemanusiaan.

Selain itu juga aktif membantu anak-anak miskin yang terkena busung lapar seperti di negara Ethiopia, memalui sebuah organisasi resmi khusus yang menangani masalah busung lapar di dunia.

Dan Nyonya Fischbach Fangidae juga membantu orang-orang miskin dan susah di
Indonesia. Karena Nyonya Fischbach Fangidae adalah perempuan kelahiran Indonesia, tepatnya di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tapi saat ini sudah berpindah kewarganegaraan Amerika mengikuti suaminya, John Fischbach.

Benih yang baik pasti akan menghasilkan buah yang baik. Hal ini pantas mengambarkan kehidupan Nyonya Fischbach Fangidae. Buah cinta kasih dari ayah Pendeta Eli Fangidae (almarhum) dan ibu Yaya Fangidae Padji Lomi ini memang sudah diajarkan sejak kecil untuk selalu berbuat baik kepada sesama.

Almarhum ayahnya Pendeta Eli Fangidae sangat terkenal karena karya-karya kebaikan yang didedikasikan bagi sesama semasa hidupnya.

Hal inilah yang terus dipedomani oleh Nyonya Fischbach Fangidae. Meskipun sudah 30 tahun berdomisili di Amerika dengan pola hidup dunia barat yang begitu moderen, tidak sedikitpun melunturkan niat Nyonya Fischbach Fangidae untuk selalu berbuat baik kepada sesama.

Ada banyak hal yang telah dilakukannya. Salah satunya yang dilakukan Nyona Fischbach adalah program bedah rumah bagi sesama yang hidup susah di tempat yang tidak layak huni.

Saat ini Nyonya Fischbach Fangidae sementara membantu Deddy Maibana (40) warga RT 017 RW 006 kelurahan Fatufeto, Kota Kupang, NTT, untuk membangun sebuah rumah tinggal yang layak huni.

Pasalnya, karena keterhimpitan ekonomi, Deddy Maibana yang kesehariannya belerja sebagai buruh lepas ini hanya mampu tinggal di sebuah rumah tua sangat sederhana berukuran panjang 10 Meter x Lebar 4 meter dengan 2 kamar tidur, di RT 017 RW 006 kelurahan Fatufeto, Kota Kupang, NTT.

Melalui rekannya, Erwin Manoe dan Noni Kune, yang berdomisili di Kupang, Nyonya Fischbach Fangidae memberikan bantuan guna membangun sebuah rumah layak huni bagi keluarga Deddy Maibana.

Pantuan media ini di lokasi rumah Deddy Maibana, telah diberikan bahan material berupa pasir 1 ret, batako 500 buah, seng 10 lembar dan besi 12 staf.

“Saya sangat bersyukur karena sudah puluhan tahun harus hidup di gubuk tua peninggalan orang tua dan baru kali ini ada yang mau membantu saya untuk memperbaiki rumah ini,” kata Deddy dengan mata berkaca-kaca seolah menahan pedihnya penderitaan yang dialaminya bertahun-tahun, pada media ini, Jumat (14/3/2020).

Deddy mengakui, di rumah yang sangat sempit dan kecil itu, ia terpaksa hidup bersama sang istri tercinta Ance Doko dan 3 buah hati mereka yang beranjak dewasa.

Selain istri dan anak-anaknya Dedy juga harus berbagi tempat berlindung dari teriknya mentari maupun dingin di kala hujan tiba bersama ibunda tercinta, seorang adiknya bersama salah satu ponakannya.

“Saya tidak pernah tersentuh bantuan pemerintah. Petugas sudah berulang kali datang untuk melakukan pendataan, katanya ada bantuan bedah rumah tapi sampai saat ini semua itu bagaikan mimpi. Tapi puji Tuhan melalui belas kasihan Nyonya Fischbach Fangidae yang tinggal di Amerika, dengan ikhlas hati mau membantu saya. Ini cara Tuhan karena mengirimkan orang baik seperti Nyona Fischbach Fangidae,” ungkap Deddy.

Deddy berharap bantuan yang diberikan dapat membantu keluarganya untuk memperoleh sebuah rumah layak huni.

“Saya sangat bersyukur dengan bantuan yang diberikan oleh Nyonya Fischbach Fangidae. Saya tidak bisa berbuat banyak selain bersyukur dan mendoakan yang terbaik bagi Nyonya Fischbach Fangidae dan keluarganya,” tutup Deddy.

Sementara itu Noni Kune salah seorang rekan Nyonya Fischbach Fangidae yang membantu menyalurkan bantuan tersebut, menjelaskan bahwa Nyonya Fischbach Fangidae adalah pribadi yang luar biasa karena meskipun sudah hidup bertahun-tahun di Amerika namun tetap memiliki hati penuh kasih kepada orang-orang susah yang memerlukan jamahan bantuan dari sesama.

“Saya pribadi sangat bangga dengan Nyonya Fischbach Fangidae. Dia orangnya luar biasa memberi tanpa mengharapkan imbalan. Dia begitu sepenuh hati membantu banyak orang. Jadi bukan hanya bantuan bedah rumah saja tapi ada juga bantuan lainnya yang sudah sering dilakukan yaitu membantu orang sakit, orang yang kekurangan biaya perobatan untuk cuci darah, membantu biaya pendidikan untuk anak-anak sekolah tidak mampu, memberikan bantuan sembako, dan masih banyak lagi kegiatan sosial yang dilakukan,” kata Noni Kune.

Salah satu rekan lainnya, Erwin Manoe mengakui dirinya telah bermitra dengan Nyonya Fischbach Fangidae sudah sejak lama karena mereka sahabat semasa kecil.

“Kami berkenalan lewat FB, kebetulan dia (Nyonya Fischbach Fangidae) adalah orang Kupang yang kini jadi warga negara Amerika sehingga kami langsung akrab. Aksi sosial ini sudah dilakukan 23 tahun lamanya,” jelas Erwin.

Menurut Erwin, Nyonya Fischbach Fangidae memiliki komitmen untuk menolong dan membantu orang susah sehingga setiap bulan ia selalu mengirimkan uang untuk kemudia diteruskan kepada orang-orang yang sangat membutuhkan.

“Karena ada aturan pengiriman uang melalui wester union maka setiap bulannya Nyonya Fischbach Fangidae, hanya bisa mengirimkan uang Rp.17.000.000. Dan ini rutin tidak pernah sekalipun ada keterlambatan,” ungkap Erwin.

Lebih lanjut kata Erwin, Nyonya Fischbach Fangidae memiliki kecintaan luar biasa terhadap Indonesia, terhadap orang-orang susah sehingga ia begitu ikhlas membantu dengan sukarela dan senang hati.

“Setiap kegiatan yang saya laksanakan pasti akan dilaporkan pertanggungjawaban kepada Nyonya Fischbach Fangidae. Dan puji Tuhan ini sudah berjalan lama dan tidak ada kendala yang berarti. Pada prinsipnya Nyonya Fischbach Fangidae memiliki hati mulia untuk membantu orang-orang susah sehingga kami tetap berkoordinasi,” jelas Erwin.

Kebahagiaan tidak akan habis hanya karena anda membaginya. Kebahagiaan bertambah ketika kita bersedia untuk membagi.

Nyonya Fischbach Fangidae, merupakan perpanjang tangan Tuhan yang selalu tulus membantu sesama. Baginya, hidup adalah kesempatan untuk berbagi dengan sesama, karena semua yang dimiliki hanyalah titipan sang pencipta kepadanya.

Dalam kesehariannya, Nyonya Fischbach
bekerja pada departemen sosial di Amerika. Dan ia kini memiliki sebuah rumah sakit khusus lansia (lanjut usia).

Kegiatan sosial yang dilakukannya selalu mendapatkan dukungan dari sang suami, John Fischbach, sebagai kepala Imigrasi pada salah satu wilayah perbatasan di Amerika.

Dalam akun media sosial Facebook yang dimiliki, ia selalu berbagi pengalamannya tentang hal-hal baik kepada masyarakat, netizen karena ia menginginkan akan ada banyak orang yang memiliki hati dan kepedulian untuk senantiasa membantu sesama yang membutuhkan. (Jefri Tapobali)

Komentar Anda?

banner 300x250

Related posts

banner 468x60