NTT Siap Jadi Pilot Project Pemberlakuan Tatap Muka Terbatas di Tahun Pelajaran 2021/2022

  • Whatsapp
banner 468x60

PORTALNTT.COM, KOTA KUPANG – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P & K) Provinsi NTT, Linus Lusi, S.Pd., M.Pd menegaskan provinsi NTT siap menjadi Pilot Project pemberlakuan tatap muka terbatas di tahun pelajaran 2021/2022.

Untuk itu, kata Linus Lusi, ada 3 hal mendasar yang harus dilakukan dalam penerapan tatap muka terbatas yaitu, durasi waktu, durasi siswa dan kurikulum terbatas.

“Tatap muka dalam kategori pembatasan. Batas dalam 3 hal, pertama durasi waktunya dikurangi dari 45 menit atau 60 menit dikurangi mau 20 menit, 15 menit atau 10 menit, siswa ada di sekolah. Selanjutnya durasi pembatasan siswa 5 – 8 perkelas, tapi harus dilayani semua. Contoh SMA Negeri 1 ada 1000 siswa, seluruh siswa harus dilayani tatap muka terbatas dalam skala kecil. Kurikulumnya juga terbatas,” tegas Linus Lusi pada media ini, saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (29/6/2021).

Menurutnya dengan pembatasan itu tidak mengurangi hak-hak guru baik honorer maupun PNS.

“Hak guru tidak pernah terhilang apapun, mulai dari guru honorer, guru negeri tetap menerima hak-hak mereka. Sambil kita mencegah kluster baru di persekolahan, dengan memperhatikan protokol kesehatan harus ditingkatkan,” tandas mantan Kepala Badan Nasional Pengelolah Perbatasan (BNPP) Provinsi NTT.

Lebih lanjut Linus Lusi menjelaskan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun pelajaran 2021/2022 telah selesai dilaksanakan dan berjalan aman dan lancar tanpa ada gejolak atau protes dari orangtua siswa.

Dijelaskan dalam PPDB dilakukan sistem online dan Offline. PPDB Online itu pada sekolah-sekolah di tengah perkotaan yang peminatnya sangat membludak dan berbasis sonasi, sedangkan Offline untuk SMA-SMA tertentu.

“PPDB Online itu memberi rasa mudah, sebuah rasa nyaman, kepuasan publik dan serba transparan. Jadi sistemnya sama seperti penerimaan tes PNS, langsung tahu sesuai dengan nilai yang dimiliki. Memudahkan sekali, sehingga menghilangkan prasangka sosial pendidikan,” jelas pria kelahiran Lembata ini.

Dalam pelaksanaan ini, kata Linus Lusi, pihaknya diawasi oleh lembaga independen seperti Ombusdman. Di sisi lain juga pentingnya PPDB ini yaitu agar sekolah-sekolah swasta tidak boleh mati.

“Untuk tahun ini tidak ada persolan yang besar seperti 3 atau 4 tahun lalu. Dan kita terbantu oleh informasi-informasi yang disampaikan massa media. Dan masyarakat terbantu sehingga tidak ada penumpukan orang tua di dinas maupun di sekolah-sekolah. Pada awal penerapan itu gaduh karena belum terbiasa, lambat laut akan seperti ini,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMA N 3 Kupang, Dra, Selfina Suserlina Dethan, menjelaskan SMA Negeri 3 Kupang siap melaksanakan sistem pembelajaran tatap muka terbatas baik secara online dan Offline atau tatap muka di awal tahun pelajaran 2021/2022.

Diakuinya untuk mendukung sistem pembelajaran itu, pihak sekolah telah menyiapkan beberapa sarana dan prasarana pendukung.

“Terkait perangkat pembelajaran, pihak sekolah telah mempersiapkan mekanisme pembelajaran seperti penyusunan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan sekolah, kurikulum sekolah, program sekolah, rencana pembelajaran, mekanismenya bagaimana, kami pihak sekolah sudah siap, tinggal eksennya,” ujar Selfina.

Selain itu, kata Selfina, untuk persiapan sekolah Offline atau tatap muka di sekolah maka akan menggunakan fasilitas yang ada.

“Ruangan kami sudah siapkan, jika dilaksanakan secara offline, dan sesuai dengan peraturan daerah new normal yang baru, bahwa maksimal 18 orang dalam 1 ruangan kelas,” jelasnya.

Terkait penerapan protokol kesehatan (prokes), lanjut Selfina, pihak sekolah juga telah membentuk tim untuk persiapan menyongsong penerapan pembelajaran tatap muka.

“Kita telah menyediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir, mulai dari depan sekolah, hingga di masing-masing kelas telah disiapkan tempat cuci tangan. Jadi prokes kita terapkan saat masuk sekolah begitupun saat keluar sekolah,” tandasnya.

“Kami para guru juga hampir seluruhnya sudah melakukan vaksin tahap dua. Untuk para siswa kami juga telah mengusulkan 1200 tes swab/PCR, setelah sebelumnya kami mendapat jatah 320 siswa karena kami merupakan salah satu sekolah yang termasuk surveilens dari lab biomolikuler Provinsi NTT,” tambahnya.

Menurut Selfina, berdasarkan surat kesepakatan bersama 4 menteri untuk melakukan tatap muka terbatas dengan penyesuaian penggunaan kurikulum, maka pihaknya menggunakan kurikulum darurat, sesuai permendikbud RI nomor 719/P/2020 tentang pedoman pelaksanaan kurikulum pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus.

“Kondisi khusus itu ya dalam masa pandemi ini. Jadi penerapan tatap muka terbatas yaitu terbatas dalam orang atau peserta, terbatas dalam waktu dan terbatas dalam kurikulum. Dan kurikulum yang kami gunakan adalah kurikulum darurat,” jelas Selfina.

Dalam mendukung itu, Selfina mengakui, bagian IT telah menyiapkan hal-hal teknis agar membuat para siswa betah dengan sistem yang dijalankan.

“Agar pembelajaran online dapat berjalan efektif, pihak sekolah mempersiapkan penggunaan media Quipper School.
Jadi sekolah punya admin sendiri, untuk memantau para guru dalam pelaksanaan pembelajaran secara online. Dengan sistem ini para guru juga diharapkan kreatif sehingga membuat para siswa tidak jenuh selama mengikuti sistem pembelajaran yang dilaksanakan,” pungkas Kepala Sekolah yang terkenal ramah dan murah senyum ini.

Penulis dan Editor: Jefri Tapobali

Komentar Anda?

banner 300x250

Related posts

banner 468x60