Nasib Guru di Batas Negeri : Tahta Laka Lena dan Derita Margarita

PORTALNTT.COM, KUPANG – Harapan Margareta Lusi Untuk bertemu Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena akhirnya pupus. Guru yang mengabdi di wilayah selatan Indonesia, tepatnya Rote Ndao itu harus kembali ke kampung halamannya. Hanya air mata dan nelangsa yang mengantarnya pergi.

Dalam hatinya tersimpan harapan yang besar sebab dia berpikir gubernur adalah matahari yang akan memastikan terang atau gelap perjalanannya kedepan. Sebagai seorang guru yang mengabdi tanpa jasa, dia ingin berhenti dengan tenang, bukan dipensiunkan tanpa kejelasan.

Read More

Rupanya untuk bertemu seorang gubernur sangat sulit bagi seorang guru dalam mempertanyakan nasibnya. Tiga hari dia luntang-lantung di Kota Kupang dengan memikul sejuta harapan. Rupanya pemimpin tertinggi di negeri bernama Flobamora yang katanya humanis itu ternyata sulit ditemui.

Margarita Lusi sudah menempuh jalan berliku untuk memastikan nasibnya. Dia telah menghadap meja rakyat, tapi tak ada hasil. Dia telah bertemu dengan Kadis Pendidikan dan sejumlah pejabat teras di Pemprov NTT. Hasilnya, dia dijanjikan untuk dipertemukan dengan Gubernur NTT. Hatinya berbunga-bunga. Harapannya hidup kembali. Itulah kenapa dia bertahan beberapa hari di Kota Kupang. Rupanya semua janji manis itu hanya obat pelipur lara. Seperti parfum isi ulang, wangi tapi palsu.

Kedatangan, ibu Margarita sejak Minggu, 23 Maret 2025 di Kupang adalah kali kedua. Dia tak gentar menyebrangi selat Pukuafu yang lagi tak bersahabat. Harapannya hanya hanya satu. Menemui Gubernur NTT dan ada keadilan atas persoalan yang menimpa dirinya. Ia dipensiunkan tanpa ada pemberitahuan. Gajinya diberhentikan awal Februari 2025.

Padahal, dirinya masih aktif mengajar di SMA Negeri 1 Rote Barat tempatnya mengabdikan diri, mendidik anak-anak bangsa. Tapi justru kenyataan pahit yang harus diterimanya.

“Saya seperti penjahat. 20 tahun pengabdian saya tidak pernah dianggap apa-apa oleh pemerintah. Mereka berhentikan gaji tanpa ada informasi apapun. Saya diminta harus pensiun, padahal di bulan November masih terima SK kenaikan gaji berkala sampai 2027,” ungkap Margarita melalui sambungan telpon dengan suara terbata-bata, saat berada di pelabuhan Bolok hendak kembali ke Rote, Kamis (27/3/2025).

Dirinya mengaku kecewa, pemimpin tertinggi di Provinsi NTT tak punya kepedulian atas nasib yang menimpa dirinya. Padahal dia jadi gubernur karena dididik oleh guru. Entah kenapa hatinya tak tergerak saat seorang guru menemui jalan buntu. Margarita harus kehilangan ratusan juta dari gaji dan sertifikasi guru selama 2 tahun masa kerja.

Tak hanya itu, Ibu Margarita juga punya kewajiban membayar angsuran di Bank NTT yang nilainya ratusan juta. Sesuai perhitungan pensiun di tahun 2027. Margarita adalah cermin nasib seorang pendidik yang memang selalu tak diberi hak yang layak di negeri ini. Pemimpin dan resim terus berganti tapi tangisan para guru tak pernah berhenti.

Sungguh sebuah pil pahit yang harus ditelannya. Berharap akan ada sebuah keadilan dan keajaiban bagi hidupnya. Persoalan Margarita bukan tak diketahui oleh Gubernur. Banyak media telah merilis berita saat Margarita menghadap meja rakyat yang dibuat Melki – Johni di lantai satu Kantor Gubenrnur NTT. Katanya, Meja rakyat itu akan menjawab keluh kesah rakyat. Itu katanya, tapi keluh kesah Margarita hanya hilang di balik meja.

Ibu Margarita hanya bisa bertemu kepala bagian Hukum setda Provinsi NTT sesuai arahan Gubernur. Dalam pertemuan itu, Ia dijanjikan untuk bertemu Kepada Dinas P&K dan Kepala BKD untuk dicarikan solusi atas persoalan yang dihadapinya.

Namun itu juga tidak terealisasi, sehingga dirinya harus pulang dan dijanjikan akan diinformasikan. Setelah menunggu beberapa saat, Margarita mendapat pesan WA dari Karo Hukum yang meminta nomor rekeningnya. Entah apa yang akan terjadi setelah ia memberikan nomor rekeningnya. Mungkinkah itu solusi yang disampaikan Karo Hukum? Ibu Margarita juga binggung.

Dalam kebingungan, Ibu Margarita harus kembali ke kampungnya di Rote, menjalani kehidupan sebagai seorang mantan pahlawan tanpa tanda jasa yang mengalami nasib tragis di akhir-akhir masa pengabdiannya.

Komentar Anda?

Related posts