Minta Restu Leluhur dan Lewotanah, Ketua DPRD Lembata Gelar Syukuran di Kampung Halamannya

PORTALNTT.COM, LEMBATA – “Sukses bukanlah kebetulan. Ia terbentuk dari kerja keras, ketekunan, pembelajaran, pengorbanan, dan yang paling penting, cinta akan hal yang sedang atau ingin kamu lakukan.” (Pele).

Kata bijak ini sungguh mengambarkan kisah sukses seorang Petrus Gero, Ketua DPRD Lembata periode 2019-2024.

Setelah dua kali menjadi anggota DPRD Kabupaten Lembata (periode 2009-2014 dan 2014-2019), pria yang akrab disapa Piter Gero ini kembali mendapatkan kepercayaan dari konstituen. Dia meraup 761 suara dan unggul jauh dari caleg lain yang berkompetisi di Dapil I (Kecamatan Nubatukan). Baik di internal maupun di eksternal partai Golkar.

Tahun 2019 menjadi tahun penuh syukur bagi putra Lamadale, salah satu desa di dataran tinggi Kecamatan Lebatukan ini. Tanggal 26 September 2019, dia dilantik menjadi Ketua DPRD Lembata. Sebuah jabatan politik yang tentunya diidam-idamkan oleh setiap anggota DPRD.

Kini, di pundak Piter Gero ada sejuta harapan masyarakat Lembata yang merindakan perubahan lewat kolaborasi bersama pemerintah (eksekutif).Dalam nada syukur yang terlantun indah dalam goresan buku kehidupannya, Piter Gero tidak lupa diri, tidak pukul dada dan merasa paling hebat. Sebaliknya, dengan kerendahan hatinya yang selalu terpancar dalam setiap perjalanan hidupnya, ia bersama keluarga memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Kembali untuk bersyukur atas rahmat dan anugerah Tuhan yang dialaminya. Kembali untuk meminta restu leluhur dan lewotanah agar menjaga dirinya, sehingga mampu bekerja dengan baik sebagai pimpinan dewan demi kepentingan seluruh masyarakat Lembata.

Di saat mentari mulai menunjukkan eksistensinya, kira-kira pukul 10.05 WITA, Piter Gero yang saat itu didampingi Wakapolres Lembata Kompol D. Donce Fernandes, bersama keluarganya tiba di Desa Lamadale, Sabtu (18/1/2020).

Pantauan media ini, Ketua DPRD, Wakapolres Lembata dan rombongan disambut dengan proses adat di depan pintu masuk Desa Lamadale.

Ketua suku Olepue sedang menuturkan bahasa adat untuk menyambut ketua DPRD Lembata dan rombongan.

Kepala Suku Olepue, Bene Nimo Olepue dalam tutur adatnya meminta semua leluhur untuk menjaga dan melindungi salah satu putra Olepue, yang dipercayakan menjadi ketua DPRD Lembata.

“Ama lera wulan, tuan tana ekan uli belo bale blohong sogo kopoi pai wure no kawi pai lolo noh bihu ome,” tutur Bene Nimo Olepue dalam bahasa setempat sambil menuangkan tuak (hasil sadapan pohon koli) ke tanah sebagai tanda penghormatan pada leluhur dan lewotanah seturut kepercayaan mereka.

Setelah itu, Kepala Suku Olepue memberikan sebuah parang adat kepada Piter sebagai lambang amanah yang dipegang dan harus dipergunakan sebaik-baiknya demi kepentingan seluruh masyarakat. Ia kemudian memotong tali yang dipasang tepat di depan pintu masuk desa Lamadale menggunakan parang adat tersebut.

Ketua DPRD Lembata memotong tali yang dipasang di depan pintu masuk desa Lamadale.

Selanjutnya Kepala Suku Olepue menuangkan tuak yang ada dalam bambu ke dalam nea (sebuah wadah yang terbuat dari tempurung kelapa) dan memberikan loma (daging yang dimasak dalam bambu) kepada Ketua DPRD dan Wakapolres, serta rombongan yang ikut sebagai tanda penyambutan dan diterima masuk ke dalam desa Lamadale. Diringi tari-tarian dan bunyi gong gendang, rombongan diarak menuju rumah besar Suku Olepue untuk mengelar ritual adat. Seluruh rangkaian ritual ada kemudian disatukan dalam misa syukur yang dipimpin Romo Elias Pali Werang.

Piter Gero dalam sambutan mengatakan, apa yang terjadi hari itu adalah wujud rasa syukur atas berkat Tuhan serta restu leluhur dan Lewotanah lewat jabatan ketua DPRD Lembata yang dipercayakan kepadanya.

Petrus Gero saat memberikan sambutan dalam acara ramah tamah di aula kantor desa Lamadale.

“Apa yang terjadi hari ini bukan karena kehebatan saya tapi karena berkat Tuhan. Jadi selain bersyukur pada Tuhan, saya kembali ke kampung ini untuk meminta restu leluhur serta lewotanah karena di sini saya ditempa dan akhirnya bisa menjadi seperti saat ini,” ujar Piter Gero dengan rendah hati.

Sebagai manusia biasa, Piter mengaku dirinya memiliki banyak kelemahan dan kekurangan. Untuk itu dia meminta dukungan dari seluruh masyarakat Lamadale secara khusus dan juga masyarakat Lembata secara umum, kiranya dapat membantunya dalam melaksanakan tugas dan amanah yang diberikan dipercayakan masyarakat.

“Dari semua politisi yang pernah jadi ketua DPRD, saya yang paling muda. Awalnya saya ragu dan bertanya dalam diri apakah saya mampu atau tidak? Tapi saya mencontohi tokoh Daud dalam Alkitab. Daud mengatakan sesungguhnya dia masih muda, kalau tidak ada Tuhan maka ia tidak mampu,” tambahnya.

Ketua DPRD Lembata bersama dua anggota DPRD, camat Lebatukan dan para kepala desa yang ada di kecamatan Lebatukan.

Piter mengatakan sejak dilantik sebagai ketua DPRD, ada tugas besar yang harus diselesaikan dalam enam hari yaitu penetapan APBD perubahan 2020. Berkat kolaborasi yang baik dengan pemerintah, pada tanggal 30 September 2019 lalu APBD 2020 akhirnya ditetapkan.

“Padahal normalnya masa sidang itu 14 hari untuk memutuskan dan menetapkan APBD. Dan pada tanggal 18 November 2019 akhirnya mendapat persetujuan dan Kabupaten Lembata menempati urutan dua tingkat provinsi,” tandas ayah lima orang anak ini.

Menurut Piter, politik itu seni. Seni berbicara, seni membangun komunikasi, seni membangun kemitraan untuk mencapai tujuan.

“Kalau politisi tidak menuntaskan apa yang menjadi tujuan maka dia harus merubah pola kerjanya agar mampu mewujudkan tujuan itu,” ungkap pria yang juga sukses menjalankan sejumlah bisnis.

Lebih lanjut, kata Piter, pemerintah dan DPRD itu ibaratnya seperti rel kereta api yang seiring sejalan, seiya sekata untuk mencapai tujuan. Kalau ada salah satu yang rusak maka harus diperbaiki dengan hati dingin agar bisa mencapai tujuan.

“Ada permintaan dari sejumlah desa yang ada di Leragere ini agar bisa dibentuk satu kecamatan. Namun sesuai aturan perundang-undangan yang ada, masih kurang jumlah desa untuk membentuk satu kecamatan. Nanti kita lihat jika ada desa yang bisa dimekarkan maka akan kita dorong sehingga bisa memenuhi apa yang diamanatkan UU,” tegas Piter.

Di akhir sambutannya Piter meminta dukungan dari tiga orang anggota DPRD dari kecamatan Lebatukan yaitu Frits Tukan (Demokrat), Simon Beduli (Golkar) dan Gebi Raring (PDIP) untuk bersama-sama menyuarakan perubahan bagi Kabupaten Lembata secara umum dan Kecamatan Lebatukan secara khusus.

“Bapa, mama, kakak, adik semua kami mohon dukungan dan doa agar bisa menjembatani aspirasi masyarakat. Kalau ada persoalan dan pengeluhan tolong sampaikan ke kami agar kami bisa perjuangan itu dengan cara yang bermartabat,” pungkas Piter.

Pada kesempatan itu, di hadapan seluruh masyarakat Lamadale dan tamu undangan, Piter bersama dua orang anggota DPRD Lembata juga berjanji untuk membantu menyelesaikan pekerjaan fisik aula Kapela yang hingga kini belum rampung.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut Sekda Kabupaten Lembata, Paskalis Ola Tapobali yang juga adalah Putera Lamadale, Camat Lebatukan, dan para kepala desa dan ketua BPD sekecamatan Lebatukan. (Jefri)

Komentar Anda?

Related posts