Ketua GMKI Sebut Pancasila Jalan Keluar Atasi Perbedaan

  • Whatsapp
banner 468x60

PORTALNTT.COM, SUMBA BARAT DAYA –
Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Tambolaka, Ishak Charles meminta semua Kader GMKI untuk terus menggelorakan dan mengamalkan semangat Pancasila dalam kehidupan harian di masyarakat. Pasalnya dengan Pancasilalah segala persoalan yang terjadi khususnya masalah Isu Suku, Ras dan Agama bisa terselesaikan.

Hal ini ia sampaikan dalam refleksi bersama para kader GMKI di Student Center GMKI Tambolaka di Desa Radamata-Kecamatan Kota Tambolaka, Selasa (1/6) malam. Refleksi yang mengangkat tema Eksistensi Pancasila dalam Menangkal Isu Sara ini dihadiri juga oleh Wartawan Harian Umum Victory News, Frengky Keban sebagai pemantik diskusi.

Ishak Charles diawal diskusi mengakui bahwa Pancasila dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara cukup urgen. Hal itu tidak lepas dari kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara. Pancasila sebutnya harus terus dihadirkan dan diamalkan oleh setiap warga Negara Indonesia termasuk kader GMKI cabang Tambolaka.

“Saat ini kita saksikan banyak persoalan yang menggerogoti Bangsa kita. Tidak hanya soal ekonomi, sosial kemasyaratan tapi juga masalah eksistensi bangsa kita yang selalu di rong-rong isu perpecahan dan disintegrasi akibat perbedaan suku, agama dan ras. Sehingga di titik ini pentingnya bagi kita untuk kembali mengingat lagi akan pentingnya Pancasila sebagai dasar negara,” katanya.

Baginya Pancasila sebagai dasar Negara tidak cukup dengan menghafal setiap poinnya tapi juga harus mampu diimplementasikan dalam perbuatan nyata dengan menghargai perbedaan yang ada yang dimiliki setiap manusia. Hal ini ungkapnya penting untuk memastikan bangsa dan negara ini tetap eksis.

“Saya harap teman-teman bisa jadi penyambung lidah bagi masyarakat agar Pancasila ini tidak cukup dengan menghafalnya tapi mengamalkannya karena bagi saya Pancasila adalah solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah yang selama ini terjadi termasuk menepis isu sara,” katanya lagi mengingatkan.

Sedang, Frengky Keban di kesempatan itu mengangkat realita pelik isu sara yang kerap terjadi dalam konteks kedaerahan khususnya di wilayah Sumba dan NTT . Masih ditemukan pengkotak-kotakan yang terjadi jika semua masyarakat jujur mengakuinya.

Hal paling kentara sebutnya ia temukan dalam hajatan pemilu dalam setiap jenjang termasuk Pilkada. Masih banyak masyarakat memilih pemimpin karena kesamaan agama, suku dan ras. Sedang menurut pemimpin itu bukan soal agama, suku dan ras tapi soal kemampuan yang dimiliki pemimpin itu sendiri dengan konsep pembangunan yang ia tawarkan.

“Isu SARA ini paling kentara kita alami saat pemilu dan kita tidak bisa tepis itu. Kita masih memilih karena kesamaan Suku, Ras dan Agama. Hal ini tentu menjadi pekerjaan berat kita ke depan termasuk pula dalam pilkades yang tinggal menghitung hari. Pilkades jadi kunci kita untuk membuktikan bisa membendung isu ini agar isu semacam ini tidak kemudian membuat kita terpecah belah,” katanya.

Selain di pilkada, dalam kehidupan sosial kemasyarakatan hingga pemerintahan pun masih ditemukan adanya pengkotakan semacam itu padahal baginya perbedaan yang dimiliki manusia seyogianya mutlak selalu hadir dan tidak bisa terelakan.

“Semua ini tidak akan terjadi kalau kita semua bisa menerima perbedaan itu dan menghargai perbedaan itu sebagai kekayaan dan bukan menjadikannya masalah dan semuanya sudah termaktub dalam Pancasila yang hari ini kita rayakan. Selain itu, sebagai mahasiswa jangan muda terpancing dengan informasi di media sosial yang menyudutkan suku, agama tertentu. Perlu ada cek dan ricek sehingga kita jangan keliru ambil kesimpulan. Mari coba masuk ke ruang ketidaktahuan untuk mencari tahu kebenarannya,” ingatnya.

Diskusi ini sendiri diakhiri dengan sharing dan cerita ringan soal organisasi dan rencana diskusi ke depannya. (Red)

Komentar Anda?

banner 300x250

Related posts

banner 468x60