PORTALNTT.COM, MAUMERE – Dulu masyarakat takut ke fasilitas kesehatan dan mengakses layanannya karena biaya kesehatan dipandang relatif mahal. Namun kini dengan kehadiran Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, seluruh lapisan masyarakat dapat dengan mudah mengakses layanan kesehatan.
Salah satu Peserta JKN yang memandang betapa pentingnya Keberadaan Program JKN adalah Yuvenalis Nong Pas (42) yang merupakan warga Desa Bokang – Lewomada. Ia menceritakan bagaimana warga di desanya kini dengan mudah mengakses layanan kesehatan. Ia mengatakan Puskesmas Mapitara merupakan puskesmas terdekat yang dapat diakses oleh warga di desanya untuk berobat ketika sakit atau pada saat persalinan.
“Saya bersyukur dengan adanya Program JKN, masyarakat desa kami dapat mengakses layanan dengan mudah. Tujuan saya kesini untuk mengubah fasilitas kesehatan istri dari adik saya yang akan bersalin dalam waktu dekat. Kebetulan saya sebagai Ketua BPD (Badan Permusyawaratan Desa) di Desa Lewomada dan mereka tidak tahu baca tulis, jadi meminta saya untuk membantu ke Kantor BPJS Kesehatan,” ungkapnya, (7/11).
Laki-laki yang memiliki panggilan Nong Pas ini sehari-hari bekerja sebagai petani. Ia memiliki kepedulian kepada warga desanya dan selalu mengedukasi masyarakat untuk memperhatikan kepesertaan JKN. Ia menyadari betapa pentingnya menjadi Peserta JKN, karena warga masyarakat tidak perlu memikirkan biaya berobat ketika mereka sakit.
“Saya selalu menyampaikan ke warga desa, pentingnya menjadi Peserta JKN. Apalagi kondisi Sebagian warga desa yang hanya menggantungkan hidup sebagai petani. Sudah lama musim panas dan hujan tidak turun. Kami di Desa yang menanam Kakao tidak bisa mendapatkan hasil maksimal bahkan banyak yang gagal panen. Kesulitan yang semakin bertambah di saat kami tidak punya uang dan dalam kondisi sakit. Jadi dengan adanya Program JKN ini benar-benar sangat membantu”, tutur Nong Pas.
Nong Pas menceritakan pengalaman istrinya ketika melahirkan. Ia tidak mengeluarkan biaya pengobatan sepeser pun karena sudah ditanggung Program JKN. Selain itu ia menceritakan warga desa lain yang dibantunya untuk mengalihkan fasilitas kesehatannya ke fasilitas kesehatan terdekat. Kini dengan mudah mengakses layanan kesehatan dan berobat secara rutin.
“Saya sendiri di dalam rumah tangga saya, ketika istri melahirkan Program JKN ini benar-benar membantu karena saya tidak perlu mengeluarkan biaya. Bahkan ada warga desa yang sudah tua dan sakit-sakitan, dia sebelumnya terdaftar di Puskesmas Watubaing dan melakukan perubahan sebagai peserta terdaftar di Puskesmas Mapitara. Kini ia bisa berobat rutin di Puskesmas Mapitara dan tidak keluar biaya,” kata Nong Pas dengan penuh rasa syukur.
Nong Pas mengatakan jarak Desa Lewomada ke Kantor BPJS Kesehatan sangat jauh kurang lebih 80 km dan warga desa kesulitan akses transportasi. Ia menceritakan bahwa untuk ke Kota Maumere satu orang bisa menghabiskan biaya kurang lebih sebesar Rp.200.000,-.
Sehingga pada kesempatan tersebut petugas pelayanan di BPJS Kesehatan menyampaikan terkait akses non tatap muka yang dapat diakses oleh masyarakat desa tanpa perlu datang ke Kantor BPJS Kesehatan. Terdapat kanal layanan PANDAWA (Pelayanan Administrasi Melalui Whatsapp) di nomor 08118165165 dan bisa akses layanan Aplikasi Mobile JKN yang dapat diunduh di Playstore dan Appstore.
“Saya bersyukur mendapat informasi ini, sebelumnya memang signal di desa kami belum stabil dan hilang timbul. Tetapi baru saja dibangun menara, sehingga kami bisa mencoba untuk mengakses layanan non tatap muka”, ungkap Nong Pas.
Menutup pembicaraan, Nong Pas menyampaikan harapannya tentang Program JKN. Ia berharap program ini tetap berlangsung karena banyak masyarakat yang sangat bergantung pada program ini.
“Program JKN ini sangat bermanfaat untuk masyarakat. Semoga terus ada dan berkelanjutan. Saya pun berterima kasih kepada pemerintah yang sudah mengalokasikan APBD dan APBN-nya untuk biaya kesehatan ini. Masyarakat tidak mampu dapat ditanggung jadi Peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran). Untuk masyarakat yang tidak ada namanya di data DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) bisa daftar sebagai peserta mandiri bila mampu,” tutup Nong Pas. (si)