PORTALNTT.COM, LEMBATA – Sejak pemerintah Kabupaten Lembata menetapkan status kasus Demam Berdarah (DBD) menjadi KLB (Kondisi Luar Biasa), Kamis (16/1/2020). Hingga saat ini, Senin (20/1/2020) kasus DBD terus mengalami peningkatan menjadi 27 kasus dan 1 penderita meninggal.
“Jumlah kasus seluruhnya 27 orang dan dari 27 orang itu satu penderitanya meninggal,” kata sekretaris dinas kesehata Lembata, Ansel Bahy saat ditemui PortalNTT.com di ruang kerjanya.
Menurut Ansel, kasus DBD ini tersebar di hampir seluruh wilayah yang ada di Lembata dan terbesar berada di kecamatan Nubatukan.
“Distribusi penderita berdasarkan tempat tinggal antara lain, kelurahan Lewoleba Utara 2 kasus (sembuh), Kelurahan Lewoleba Barat 5 kasus (sembuh), Kelurahan Lewoleba 2 kasus (sembuh), Kelurahan Lewoleba Selatan 1 kasus (sembuh), Kelurahan Lewoleba Selandoro 5 kasus (sembuh), Kelurahan Lewoleba Timur 3 kasus (sembuh), Desa Bakalerek 1 kasus (sembuh), Desa Belobatang 1 kasus (sembuh), Desa Paubokol 1 kasus (sembuh), Kecamatan Atadei 3 kasus (sembuh), Kecamatan Loang 1 kasus (sembuh), kecamatan Wulandoni 1 kasus (sembuh), kecamatan Omesuri 1 kasus (sembuh),” jelas Ansel.
Ditanya terkait langkah antisipasi yang dilakukan pemerintah, dalam hal ini Dinas Kesehatan Lembata, kata Ansel, yang pertama dengan menetapkan status KLB. Selanjutnya melakukan kegiatan Foging di sejumlah tempat yang kasusnya paling banyak.
“Tim kami sudah turun ke lapangan untuk lakukan Foging pada jam 6-9 pagi dan jam 5 sore di sejumlah titik yang dianggap rawan sesuai data yang ada. Namun kami belum bisa menjangkau seluruhnya karena kami terkendala dengan alat dan tenaga,” ungkapnya.
Diakuinya, pihak Dinkes Lembata telah bersurat ke Provinsi untuk meminta bantuan alat namun belum bisa dilayani karena saat ini pihak Dinkes provinsi masih melakukan pelayanan di kabupaten Sikka.
“Kami sudah bersurat ke Dinkes provinsi. Untuk sementara masih menunggu tim yang lain karena saat ini tim provinsi masih melayani di kabupaten Sikka,” kata Ansel.
Selain itu kata Ansel, Dinas kesehatan juga telah melakukan sosialisasi di sejumlah sekolah-sekolah dengan harapan para guru dan murid mampu melanjutkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan di rumah masing-masing.
“Kita berharap anak-anak murid mampu menerapkan pola hidup sehat di rumah masing-masing apalagi hal itu ditekankan oleh para guru. Selain itu juga kami melakukan himbauan kepada para pemimpin agama untuk menghimbau umat baik di Gereja maupun di Mesjid. Kami percaya bahwa kalau pemimpin umat yang menghimbau maka masyarakat akan lebih mau mendengarkan,” tandas Ansel.
Ansel menambahkan, kesadaran pola hidup bersih masyarakat masih sangat rendah sehingga diharapkan semua Steakholder untuk bersama-sama saling mengingatkan dan menjaga lingkungan agar tetap bersih sebab apa artinya penyuluhan dan himbauan terus dilakukan sementara kesadaran masyarakat itu masih sangat rendah.
“Yang paling penting dan utama yaitu pola hidup bersih dan sehat. Caranya sangat sederhana dengan melakukan 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur). Selanjutnya jika anak mengalami panas agar segera dibawa ke puskesmas ataupun fasilitas kesehatan terdekat agar mendapatkan pertolongan dari tenaga medis, bukan mengambil tindakan sendiri. Kasus kematian yang terjadi itu karena setelah 7 hari baru dibawa ke RS. Sampai disana ternyata anak itu sudah ada pada stadium 4,” imbaunya.
Dinas Kesehatan juga kata Ansel menyediakan bubuk abate secara gratis bagi masyarakat.
“Kami sudah distribusikan bubuk abate ke semua Puskemas yang ada. Namun karena keterbatasan tenaga belum bisa disalurkan ke seluruh masyarakat, sehingga kami minta kesadaran masyarakat untuk bisa mengambil di puskesmas secara gratis,” pungkas Ansel Bahy.
DPRD Kabupaten Lembata Minta Pemerintah Serius Tangani Kasus DBD
Anggota DPRD Lembata dari Fraksi Demokrat Siap, Antonius Molan Leumara dengan tegas meminta Pemerintah dalam hal Ini Dinas Kesehatan Lembata agar benar-benar serius dalam mengurus kasus Demam Berdarah (DBD) yang terus meningkat sejak ditetapkan menjadi KLB (Kondisi Luar Biasa) apalagi sudah ada korban nyawa.
“Ini masalah serius karena sudah ada korban nyawa sehingga butuh penanganan yang cepat dari dinas kesehatan. Pihak Dinkes jangan terkesan lambat dan menganggap ini masalah biasa karena persoalannya menyangkut nyawa manusia,” tegas Antonius yang akrab disapa Anton.
Sebelum kasus DBD ini meningkat seperti saat ini, diakui Anton, telah ada pertemuan yang difasilitasi pihak Keusukupan dengan mengundang sejumlah Steakholder terkait di dalamnya sehingga terbentuk tim siber Malaria dan mereka (tim siber,Red) diputuskan melalui SK Bupati.
“Sejak dibentuk tim siber ini, saya belum melihat sudah sejauh mana kerja tim siber malaria ini bekerja. Kami DPRD meminta dinas kesehatan untuk membangun komunikasi dengan tim siber malaria tersebut untuk duduk bersama lalu melalukan langkah-langkah antisipasi yang tepat sasaran dan tepat guna,” pinta Anton.
Selain itu, kata Anton, dirinya juga akan melakukan kunjungan kerja ke Dinas Kesehatan untuk turun langsung dan melihat seperti apa persiapan dan langkah-langkah yang telah dilakukan dinas kesehatan.
“Saya sudah mendapatkan banyak informasi tentang beberapa hal yang tidak beres di Dinkes. Padahal Dinkes ini merupakan salah satu SKPD yang mendapatkan alokasi anggaran yang cukup besar jika dibandingkan dengan SKPD yang lainnya. Jangan sampai dananya besar tapi penyerapan sampai ke masyarakat itu sangat rendah,” kata anggota DPRD dua periode ini.
Diakui Anton, sudah 2 hari ini dirinya melakukan pemantauan langsung ke RSUD Lewoleba untuk melihat secara langsung penanganan yang dilakukan tim medis di lapangan.
“Saya sudah 2 hari ini turun langsung ke RS untuk melihat bagaimana penanganan para pasien yang dirawat di RS,” kata anggota DPRD dari dapil III ini.
Selain itu Anton juga menghimbau masyarakat untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat dimulai dari lingkungan dan pekarangan rumah masing-masing.
“Saya juga menghimbau masyarakat agar menjaga kesehatan dengan menjaga kebersihan lingkungan dimana kita berada. Kita harus bisa menumbuhkan kesadaran dalam diri masing-masing karena penyakit itu ada karena kelalaian kita manusia,” tutup Anton Leumara. (Jefri)