PORTALNTT.COM, ADONARA – Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Flores Timur (Flotim), Bernadus Beda Keda, mewisudakan sebanyak 74 murid Taman Kanak-Kanak (TKK) di gugus Megawati, Kecamatan Ile Boleng, Kabupaten Flotim, tahun ajaran 2016-2017, di aula gedung SMA Swasta Ile Boleng, Jumat (26/5/2017).
Ke-74 murid TKK tersebut berasal dari 6 TKK yang tersebar di gugus tengah Megawati Kecamatan Ile Boleng. Diantaranya, TKK Lamahelan, TKK Lewolema, TKK Senadan, TKK Lamawolo, TKK Harubala dan TKK Bungabali.
Hadir dalam acara wisuda perdana tersebut, Camat Ile Boleng, Bunda Paud Ile Boleng, Ketua Yapersuktim Flotim, Kepala Bidang Paud Flotim, anggota DPRD Flotim, Kepala UPTD PKO Kecamatan Ile Boleng, Pastor Paroki dan Alim Ulama dan Kepala Desa di gugus Megawati Ile Boleng.
Kepala dinas PKO Kabupaten Flotim, Bernadus Beda ini usai acara wisuda tersebut mengatakan, wisuda pada tingkat TKK sudah menjadi tradisi. Moment tersebut juga menjadi motivasi yang luar biasa bagi orang tua kepada anaknya yang telah mengenakan toga dan jubah dalam wisuda tersebut.
“Wisuda pada tingkat TKK ini sudah menjadi tradisi, juga memberikan motivasi kepada orang tua terhadap anak. Karena jubah dan toga yang dikenakan oleh anak TKK akan dipake lagi pada saat diwisuda di perguruan Tinggi nanti. Moment wisuda pada tingkat TKK luar biasa pengaruhnya terhadap anak itu sendiri, dan orang tua dengan sendirinya akan terus mendorong anaknya untuk tetap meraih masa depannya,” kata Bernad Keda.
Bernad Keda melanjutkan, dirinya selalu berpesan kepada orang tua, agar toga dan jubah yang telah dikenakan oleh anak TKK tetap dijaga oleh orang tua hingga ke perguruan tinggi.
“ Jika orang tua tidak menjaga toga dan jubah dengan baik, anak-anak dimasa sekolahnya juga tidak secara baik, maka yang berdosa itu adalah kita orang tua,” tegasnya.
Ia menambahkan, dalam memberikan wisuda tersebut, Dirinya (Bernad Keda-red) mencoba berkomunikasi dengan anak dan orang tua. Komunikasi dengan anak itu sendiri Ia menjelaskan, hanya mau mendengarkan secara langsung dari nurani anak yang polos tentang apa yang menjadi harapan dan cita-cita mereka kelak.
“Dengan berkomunikasi langsung ini kita bisa tau, bagaimana masing-masing kita mengambil peran. Terlebih misalnya bagi anak orang tuanya ada di perantauan. Inikan mimpi anak nah, bagaimana kita orang tua menjawabi harapan dan mimpi itu,? Ini menjadi tugas dan peran kita semua,” ungkapnya sembari mengatakan bahwa dari ke-74 anak itu hanya satu yang mempunyai cita-cita menjadi pastor. (Ola)