Dampak Selfie Berlebihan Berakibat Penuaan Dini

Ilustrasi. (Scott Barbour/Getty Images)

PORTALNTT.COM, JAKARTA – Saat telepon pintar seperti Blackberry menjadi tren pada satu dekade lalu, sebutan gejala pegal pada bagian jempol dan pergelangan tangan menjadi gejala penyakit yang diakibatkan oleh intensitas penggunaan Blackberry yang berlebihan. Kondisi itu disebut dengan Blackberry thumb.

Tak hanya sampai di situ, kondisi fisik lain yang disebabkan oleh tingginya intensitas seseorang menggunakan telepon pintar juga sering kali dikenal dengan sebutan shoulder crunch (pegal pada bahu) ataupun tech neck (pegal pada leher).

Kini, setelah selfie atau swafoto menjadi hal yang identik dengan aktifitas para pemilik telepon pintar, muncul pula kekhawatiran yang akan membuat para penggila selfie berpikir dua kali untuk meneruskan kegemarannya itu.

Kekhawatiran soal efek selfie pada tubuh seseorang bermula ketika pada Maret lalu harian Inggris Daily Mail memberitakan seorang blogger wanita yang memiliki obsesi untuk selfie. Dia dikabarkan mengambil foto dirinya hingga 50 kali dalam sehari.

Setelah menyadari terjadinya pigmentasi dan dan perubahan pada warna kulitnya, dokter kosmetik pribadinya pun mengatakan kepadanya bahwa sinar biru yang berasal dari benda elektronik seperti telepon, laptop dan tablet, yang digunakannya menyebabkan penuaan dini.

Sejak itu, isu soal efek peralatan teknologi yang dapat memicu keriput pada kulit sering diulas di situs-situs mode dunia seperti Vogue dan Allure. Dalam sebuah berita yang diterbitkan oleh Telegraph, seorang ahli dermatologi menyatakan terjadi perbedaan pada kulit pasiennya.

“Orang-orang yang senang selfie dan para blogger harus mengetahui bahwa cahaya biru yang keluar dari layar telepon pintar dapat merusak kulit,” kata Direktur Medis Linia Skin Clinic, Simon Zoakei.

“Saya mengetahuinya setelah ada banyak orang yang gemar memotret selfie mendatangi saya, dan saya melihat adanya kerusakan di sana, dan masalah penuan menjadi dampaknya,” katanya.

Us Weekly menanyakan kepada pakar dermatologis ternama mengenai kebenaram efek dari telepon pintar tersebut. Semua pakar kulit menyatakan hingga kini belum ada penemuan yang mengemukakan dampak telepon pintar yang menyebabkan penuan dini.

“Untuk saat ini, tidak ada bukti yang konsisten yang menunjukkan bahwa penggunaan ponsel berkaitan dengan masalah penuan dini pada kulit,” ujar dokter kulit kosmetik Epione, Beverly Hills, Simon Qurian.

Dia mengatakan, telah ada beberapa penelitian yang memang menunjukan adanya hubungan antara energi yang tertransmisi dari frekuensi radio dengan penuaan kulit. “Hanya saja hal itu sulit untuk direplikasi oleh layar telepon,” ujarnya.

Meski begitu, para pengguna telepon pintar tetap tidak bisa mengabaikan efek yang sudah banyak ditemukan dalam beberapa penelitian. Sinar HEV dari layar ponsel telah diketahui dapat mengganggu siklus tidur.

Karenanya, banyak studi yang menyebut agar ponsel dimatikan beberapa jam sebelum Anda tidur. Dampak yang sudah pasti dirasakan ketika jam tidur terganggu adalah kulit (dan mood) tentunya akan menderita.

“Kurang tidur dapat meningkatkan level kortisol atau hormon stres, yang kemudian menyebabkan kulit menua lebih dulu,” kata pakar dermatologi dan anggota Dewan Dokter Brandt Skincare Advisory, Whitney Bowe.

Tak hanya pada malam hari, penggunaan ponsel pada siang hari juga harus diperhatikan. Terlebih bagi Anda yang aktif membaca pesan elektronik ataupun pesan singkat melalui ponsel.

“Layar ponsel mempunyai ukuran huruf yang sangat kecil dan banyak yang memicingkan mata saat membacanya. Hal itu menimbulkan garis-garis di beberapa bagian kulit wajah,” kata Ahli Dermatologi di New York, Jessica Weiser. (Pn/Cnnindonesia)

Komentar Anda?

Related posts