CFD Dalam Pusaran Sampah

  • Whatsapp
EFRENDI NABEN/TIMEX ANGKUT. Mobil Pamungkas milik DLHK Kota Kupang sementara mengangkut sampah setelah kegiatan di arena CFD. Diabadikan belum lama ini.
banner 468x60

Penulis : Yoga Adithya Babys

Car Free Day atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai Hari Bebas Kendaraan Bermotor, sudah belasan bahkan puluhan tahun diterapkan di Indonesia, tak terkecuali Kota Kupang ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Tujuan utama dari diadakannya kegiatan Car Free Day ini sebagai bentuk ajakan kepada masyarakat agar tidak menggantungkan seluruh kehidupannya kepada kendaraan bermotor.

Tentunya kegiatan ini memiliki dampak yang sangat positif, bukan saja untuk setiap orang yang mau memanfaatkan momen ini, tetapi alam juga akan memberikan  dampak yang sangat besar bagi manusia karena berkurangnya polusi udara yang biasanya ditimbulkan oleh kendaraan bermotor.

Walaupun CFD hanya diberlakukan sekali dalam seminggu yakni di hari Sabtu dan hanya berlangsung kurang lebih 5 jam (05.00 – 10.00 WITA), puluhan bahkan ratusan orang sangat berantusias memanfaatkan momen mingguan ini.

Awal dibukanya arena CFD di Kota Kupang, banyak orang yang memanfaatkannya sebagai ajang untuk berolahraga. Ada yang sekedar joging, jalan santai, bersepeda, bermain bola dan lain sebagainya. Udara yang bebas dari polusi dan lingkungan yang bersih membuat setiap orang enggan untuk meninggalkan lokasi CFD.

Setiap Minggu dapat dipastikan akan semakin banyak peminat yang datang untuk berolahraga. Adapula  orang maupun yang mengatasnamakan organisasi untuk melakukan kegiatan sosial, seperti donor darah gratis, pembagian masker, dan beberapa kegiatan sosial lainnya. Tentunya kegiatan positif yang diutarakan diatas tidak membawa akibat yang buruk.

Seiring berjalannya waktu, lokasi ini bukan saja untuk berolahraga dan melakukan aktivitas sosial lainnya, tetapi juga sebagai lahan untuk meraup keuntungan finansial. Para pedagang baik itu makanan, minuman, cemilan, pakaian sampai permainan anakpun dijajakan di tempat ini.

Bukan itu saja, beberapa orang juga tampak membagikan brosur dan selebaran untuk mempromosikan barang dan jasa yang ditawarkan. Sepintas tidak ada yang salah dengan semuanya ini. Bagi mereka yang habis berolahraga bisa langsung menikmati makanan dan minuman yang dijual. Hubungan timbal balik yang tentunya saling  menguntungkan. Tetapi disnilah sebenarnya awal muawal petaka itu datang.

Kemasan pembungkus makanan dan minuman yang terbuat dari plastik, botol kaca dan kaleng, styrofoam, bungkusan dan puntung rokok, buah kelapa, sedotan, plastik – plastik es, ditambah lagi kertas – kertas brosur dan kertas nasi,  nampak berserakan disepanjang ruas jalan Eltari.

Hal ini diperparah dengan tiupan angin yang menerbangkan sampah – sampah ini hingga tersangkut di pepohonan dan bunga – bunga. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat tidak elok untuk dilihat, apalagi tempat ini digunakan sebagai arena untuk berolahraga.

Tempat yang seharusnya menjadi contoh agar pola hidup sehat dapat diwujudkan, malah menjadi  sumber penyakit bagi masyarakat.

Jika keadaan seperti ini terus menerus dibiarkan, bukan tidak mungkin ruas jalan Eltari yang merupakan salah satu ikon Kota Kupang akan tumbuh menjadi tempat kumuh yang penuh dengan sampah.

Pernah suatu saat penulis mewawancarai seorang petugas kebersihan yang sedang mengangkut sampah yang ditinggalkan oleh para pengunjung arena CFD.

Laki – laki paru bayah ini mengatakan bahwa sampah yang timbul akibat aktivitas di arena CFD setiap hari Sabtu, tidak kurang dari 3 mobil pick-up, dan jika ditimbang beratnya mendekati 1 ton. Bahkan dengan nada yang tegas dirinya sempat berujar agar kegiatan CFD ini sudah seharusnya ditutup saja.

“Lebih baik tutup sa ini kegiatan, dong yang buang sampah katong yang stenga mati,” ucapnya.

Inilah bukti begitu rendahnya kesadaran masyarakat Kota Kupang akan kebersihan. Tidak ada rasa bersalah ketika tangan dengan gampang melepas segala barang yang digenggam dengan tidak mempedulikan segala dampak yang akan terjadi. Belum lagi tempat – tempat sampah yang pernah disiapkan disepanjang ruas jalan Eltari menghilang entah kemana.

Sebuah keadaan dimana kita bisa menarik kesimpulan bahwa masalah sampah di Kota Kupang terjadi karena masih rendahnya karakter masyarakat Kota Kupang akan kebersihan lingkungan. Semakin parah lagi karena bukan saja orang dewasa, tetapi anak – anak juga sudah mulai mengikuti budaya membuang sampah sembarangan. Jika hal ini terus dibiarkan, maka masalah sampah di Kota Kupang dapat dipastikan masih akan terus terjadi sampai 50 tahun kedepan.

Sebenarnya masalah diatas dapat diatasi apabila pemimpin wilahnya memiliki kecerdasan, kepedulian serta keberanian dalam mengambil tindakan. Kuncinya ada pada Pemerintah Kota Kupang. Apakah mau terus berdiam diri dan menyaksikan Kota Kasih terus didaulat sebagai salah satu kota terkotor di Indonesia? ataukah melalui kebijakan dan aturan segera mengambil tindakan tegas. Ini semua bukan tentang siapa dan apa, tapi tentang harga diri kita sebagai manusia modern, manusia dengan peradaban maju, yang mana seharusnya kita tidak lagi bergelut dengan masalah sampah yang kian hari makin memprihatinkan jumlahnya.

Seribu kali kita menggaungkan “Basmi Demam Berdarah”, tetapi apabila pola hidup kita masih terlihat seperti yang terjadi di lokasi Car Free Day, maka sangat mustahil untuk dapat mewujudkan Kupang bebas demam berdarah, karena sejatinya kebiasaan kita di tempat umum adalah cerminan perilaku keseharian kita di rumah.

Tanpa mengabaikan prestasi dari pemimpin – pemimpin terdahulu, tetapi Kota Kupang sempat mendapat angin segar ketika selama setahun dipimpin oleh Penjabat Walikota periode 2022-2023, bapak George M. Hadjoh. Dirinya menaruh perhatian serius terhadap masalah kebersihan di Kota Kupang.

Melalui kebijakannya, seluruh ASN diwajibkan untuk membersihkan lingkungan sebelum memulai aktifitas kantoran, bahkan sering terpantau di media masa dimana beliau selalu ada di garda terdepan untuk membersihkan sampah yang menumpuk dan berserakan. Bukan saja sampah di pinggiran jalan, tetapi di selokan dan sungaipun dirinya rela berbaur demi menjadikan Kota Kupang lebih bermartabat.

Seruan serta pekikan agar pola hidup bersih harus menjadi lifestyle masyarakat Kota Kupang terus dan selalu digaungkannya. Tetap sungguh sebuah ironi, disaat dirinya gencar membersihkan lingkungan, saat itu pula dirinya diserang dengan berbagai macam komentar miring dengan dalih pencitraan. Kota Kupang seakan kehilangan “kasihnya”. Sebagian masyarakat seakan-akan sudah menganggap sampah sebagai sahabat yang tidak bisa dipisahkan. Sehingga ketika ada yang mencoba untuk mengusik, maka mereka akan berusaha untuk mempertahankan “persahabatan” ini.    

Yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa banyak kalangan yang terlalu pesimis dengan gebrakan baru yang telah dibuat oleh Pj. Walikota saat itu? bukankah Singapura hari ini  boleh didaulat sebagai salah satu negara terbersih di dunia berkat kerja keras pemimpinnya saat itu yakni Lee Kuan Yew (1959-1990), dimana dirinya secara continue masuk dari sekolah ke sekolah hanya untuk menggaungkan hal kebersihan kepada para pelajar. Memang prosesnya begitu lama, tetapi karena itu dilakukan secara terus menerus akhirnya cinta akan kebersihan menjadi gaya hidup masyarakat Singapura saat ini.

Terbilang agak tidak manusiawi apabila penulis berpendapat agar sementara waktu Car Free Day Kota Kupang ditiadakan, karena tentunya tidak semua orang membuang sampah sembarangan. Tetapi akan sangat bijaksana seandainya aktivitas hari Sabtu pagi ini mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kota Kupang saat ini. Banyak hal yang sebenarnya dapat dibuat. Misalnya harus fokus bahwa arena sepanjang ruas jalan Eltari murni hanya bagi mereka yang ingin berolahraga, tidak ada aktivitas jual beli. Sepintas memang agak kasar, tapi harus berani ambil tindakan tegas, karena masalah kebersihan ini mempunyai dampak yang luas dan bagi banyak orang. Jika semua sudah didesain secara baik, barulah para pedagang boleh untuk berjualan.

Atau kalau mau yang lebih sederhana adalah menambah jumlah tempat sampah, baik di sepanjang trotoar maupun di sepanjang taman bagian tengah. Ataukah setiap hari Sabtu, ada petugas yang khusus berkeliling sambil mengumumkan agar jangan membuang sampah sembarangan.

Mungkin saja Pemerintah Kota Kupang sudah mempunyai cara yang lebih “jitu” dalam menanggulangi 1 ton sampah yang selalu berserakan setiap hari Sabtu di arena CFD.

Sebagai masyarakat Kota Kupang yang mempunyai hak untuk mendapatkan lingkungan yang bersih dan sehat, penulis sangat mengharapkan agar Pemerintah Kota Kupang serius untuk mengurus hal ini. Jangan menunda, karena dampaknya akan semakin parah.

Juga untuk seluruh masyarakat, mari kita satukan tekat dan nyatakan perang terhadap sampah.

Komentar Anda?

banner 300x250

Related posts

banner 468x60