PORTALNTT.COM, TAKARI – Wajahnya ditutupi masker, dengan pakian seragam putih merah menutupi tubuhnya, Stenly Yesi Ndun, bocah 7 tahun di Desa Tuapanaf RT 006/RW 003 Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang, NTT begitu bersemangat mengayunkan langkah dari rumahnya menuju sekolahnya di SDN Bijaesahan.
Bersama saudara kembarnya Stela Ndun dan juga ditemani teman-temannya mereka begitu semangat menyusuri sepanjang jalan tanpa mengenal lelah.
Tidak seperti yang lainnya, Yesi Ndun siswa kelas 1 SDN Bikaesahan ini harus berjalan dibantu sebuah tongkat, karena ia hanya memiliki sebuah kaki kiri yang normal sebagai tumpuan, sementara kaki kanannya cacat sejak ia dilahirkan.
Namun, kondisi fisik itu tak pernah sedikitpun melunturkan niat bocah kelahiran 29 September ini untuk menuntut ilmu demi menggapai masa depan.
Yesi terlihat seperti biasa-biasa saja tanpa pernah merasa canggung atau malu dengan yang lainnya. Sebuah tongkat kayu begitu membuatnya bersemangat untuk melangkah mendahului teman-temannya. Seperti berpacu dengan jarum jam Yesi tak ingin terlambat sampai di sekolah.
Di SDN Bijaesahan, tatap muka antara guru dan murid tetap dilakukan meski di tengah situasi pandemik Covid-19. Kebijakan sekolah online, rupanya tidak bisa dilaksanakan. Pasalnya ketiadaan jaringan telekomunikasi membuat para guru dan siswa sangat sulit menerapkan metode belajar ini. Selain itu kondisi ekonomi yang sulit membuat anak-anak di desa Tuapanaf kesulitan mendapatkan atau pun memiliki sebuah Handphone (HP) seperti anak-anak di kota.
Kondisi ini tidak membuat para guru dan siswa berpasrah diri. Dengan semangat dan tangunggu jawab mencerdaskan anak bangsa para guru selalu setia membagikan ilmu kepada para murid.
Para siswa pun tetap diminta hadir ke sekolah, dengan jumlah jam pelajaran yang sedikit lebih kurang dibandingkan jumlah jam pelajaran pada situasi normal.
Kepala Sekolah SDN Bijaesahan, Dortiana Karice Mau, ketika ditemui media ini di sela-sela aktifitas belajar mengajar mengakui situasi saat memang sangat sulit, namun ia tetap meminta para guru dan siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar sebagaimana mestinya dengan ada sedikit pembedaan di waktu yang normal.
“Aktifitas belajar mengajar tetap kita lakukan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah,” ungkap Dortiana, Senin (21/9/2020).
Terkait salah satu siswanya Yesi Ndun, Dortiana mengakui memperlakukan khusus.
“Jika ada apel atau olahraga, Yesi kita minta duduk di ruangan kelas sambil belajar,” ujarnya.
Bahkan karena merasa iba dengan kondisi siswanya itu, selaku kepala sekolah dirinya pernah melaporkan hal itu ke pihak dinas agar bisa disekolahkan di SLB.
“Tetapi kedua kakek dan neneknya tidak menginginkan karena dengan alasan Yesi tidak bisa dipisahkan dari saudara kembarnya,” katanya.
Untuk melindungi Yesi, pihak sekolah setiap hari memberi arahan ke semua pelajar agar memperlakukan Yesi dengan baik. Buktinya, hingga kini, Yesi rajin ke sekolah dengan fisik yang tak sempurna. Ia bahkan bermain layaknya anak-anak normal.
“Yesi itu anaknya pintar. Semua pelajaran atau tugas yang diberi, selalu ia kerjakan sendiri,” ujarnya.
Ditinggalkan Orangtua
Sejak dilahirkan, Yesi bersama kembarannya dan 2 orang saudaranya diasuh oleh kakek dan nenek. Kedua orang tua Yesi terpaksa harus meninggalkan buah hati mereka demi mengais rejeki di Kalimantan sebagai buruh di kebun kelapa sawit.
Mendapat kasih sayang dari kakek dan nenek, Yesi bertumbuh dalam kehidupan yang serba sulit. Karena termakan usia, kakek neneknya tidak mampu berbuat banyak selain mengharapkan kiriman uang bulanan dari orangtua Yesi sebesar Rp. 500 ribu. Ditambah bantuan PKH dari Pemkab Kupang.
Uang itu memang tidak seberapa karena Kakek dan nenek yang sudah lansia itu harus merawat 8 orang cucu. Karena selain Yesi dan kembarannya bersama kedua saudaranya. Saudara dari ayahnya Yesi pun meninggalkan anak-anak mereka di bawah asuhan kakek nenek. Sungguh sulit jika dipikirkan tapi itulah kehidupan Yesi bersama saudara-saudaranya.
Hidup dalam serba kesulitan ditambah kondisi fisik yang demikian membuat Yesi hanya punya impian bisa memiliki kaki palsu untuk bisa membantunya berjalan layaknya anak normal.
“Saya mau kaki palsu,” ungkap Yesi dengan polos penuh pengharapan.
Pembaca yang budiman, melalui berita ini, kami yang tergabung dalam Forum Wartawan NTT Peduli Yesi membuka donasi untuk Yesi Ndun. Bagi Bapak, ibu, saudara/i yang hendak membantu mewujudkan mimpi adik Yesi, bisa menyalurkan donasi melalui Rekening BCA 3140899193 a.n Petrus Ola Keda. Semua donasi saudara akan dipertanggungjawabkan.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi contak person 082237470621 (Ola Keda Liputan6/Kumparan), +62821-4488-4275 (Juven Net TV), +62812-3813-8086 (Efron RTV), +62852-3941-9779 (Eman MNC Grup), +62812-4604-6086 (Jefri PortalNTT) dan 0822-3649-4343 (Dede). Bukti donasi mohon dikirim via CP diatas.
Terima kasih atas kepeduliaan dan solidaritas kemanusiaan kita. Semoga berkat berlimpah dari Yang Kuasa. Amin.
Penulis dan Editor: Jefri Tapobali