PORTALNTT.COM, KUPANG – Astria Blandina Gaidaka, S.Kep.Ns.M.Si, perempuan pertama yang berhasil lolos menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi NTT periode 2024-2029, daerah pemilihan (Dapil) NTT 6 (Alor, Flotim dan Lembata).
Kesuksesan yang diraih Astria menjadi seorang wakil rakyat tidaklah mudah. Ada begitu banyak tantangan dan perjuangan yang telah dilalui magister Ilmu Fisiologi (ilmu tentang fungsi dan cara kerja organ tubuh) Fakultas Kedokteran Dasar.
Dari latar pendidikan di bidang kesehatan, bagi Astria setelah selesai meraih gelar magisternya, Ia akan konsen bekerja sesuai bidang ilmunya. Namun keinginan itu tidak sejalan dengan sang Ayah, Atsianus Gay, yang menginginkan anaknya untuk terjun ke politik untuk bisa membantu banyak orang.
Akhirnya Astria terjun ke politik. Dan Astria menjadi Caleg DPRD Provinsi dapil NTT 6 periode 2019-2024. Sebagai perempuan dan pendatang baru, Astria berhasil meraih suara 5 ribu lebih, namun suara itu belum mampu menghantarkan Astria menjadi wakil rakyat karena akumulasi suara Partai Demokrat tidak memenuhi untuk mendapatkan jatah 1 kursi.
Berbekal pengalaman di tahun 2019, Astria bertekad untuk kembali bertarung di pileg 2024, meskipun disadarinya semua lawan-lawannya adalah para politisi senior, namun itu tidak menciutkan nyali perempuan Alor ini karena baginya menjadi seorang wakil rakyat bukan lahan untuk mencari nafkah tapi menjadi ladang pengabdian untuk membantu banyak orang.
Dalam kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat NTT periode 2021-2026, Astria memegang jabatan sebagai Direktur Eksekutif (DE). Salah satu posisi paling vital dalam kepengurusan partai Demokrat karena semua urusan administrasi menjadi tanggungjawab DE.
Bisa dibayangkan dengan posisi yang begitu vital, Astria seolah tak memiliki waktu untuk bisa menemui konstituennya karena tugas dan tanggungjawab seorang DE melekat padanya, kendatipun Ia telah terdaftar sebagai seorang Caleg DPRD Provinsi dari Dapil NTT 6.
Memanfaatkan waktu yang singkat, Astria tidak ingin sedetikpun berlalu tanpa harus berjibaku dari satu wilayah ke wilayah lain untuk bisa bersosialisasi dengan masyarakat. Didukung oleh tim kerja yang kuat, Astria masuk keluar kampung untuk mensosialisasikan diri.
Jalan perjuangan yang ditempuh tidak mudah. Karena saat di lapangan, banyak omongan dan cibiran yang didaratkan pada dirinya karena sebagai seorang perempuan dan notabene basic ilmu di bidang kesehatan, sebagian orang menganggap bahwa Astria mengikuti pencalegan hanya untuk memenuhi kuota 30% yang diisyaratakan oleh peraturan KPU.
Tantangan demi tantangan itu tidak sedikitpun meruntuhkan semangat Srikandi Demokrat ini. Malahan Astria semakin kencang bersuara saat kampanye, karena bagi dirinya sudah saatnya perempuan harus tampil di garda terdepan bukan lagi sebagai pelengkap.
“Kebanyakan kita di NTT perempuan selalu dinomorduakan. Mungkin itu juga bagian dari sistem Patriakat yang dianut dan melekat pada semua suku di NTT. Dalam urusan adat pun, perempuan selalu berada di bagian pertahan belakang dan hanya laki-laki yang duduk di depan. Ketika kampanye saya selalu menarasikan urus politik itu sama halnya dengan urus manusia, urus dalam rumah tangga. Bagi saya perempuan itu kalau bekerja pakai hati. Dapil itu kita ibaratkan dengan rumah, kalau mama yang urus pasti akan beda dengan kalau Bapa yang urus, dalam hal sekecil apapun,” ungkap Astria pada media ini, Sabtu (16/3/2024).
“Contohnya dalam rumah kita sudah tidak punya uang sama sekali. Lalu mama ketemu uang yang mungkin terselip di pakian atau dimana begitu yang tidak diingat lagi. Kalau mama yang ketemu bisa dipakai untuk makan 3-4 hari tapi kalau Bapa yang ketemu, apakah Bapa ikhlas kasih semua di Mama untuk urus kebutuhan dalam rumah tangga? Dan jawaban paling banyak yang diberikan, pasti Bapa-bapa pakai uang itu untuk beli rokok baru sisanya di kasih ke mama. Inilah contoh sederhana jika perempuan yang mengurus akan beda,” tambah Astria menjelaskan alasan kenpa perempuan pantas dan layak untuk ambil bagian dalam politik bukan hanya menjadi penonton.
Proses tidak akan mengkhianati hasil. Mungkin inilah yang dirasakan Astria, sehingga akhirnya mencatatkan dirinya menjadi perempuan pertama dari Kabupaten Alor yang berhasil duduk sebagai Anggota DPRD Provinsi NTT periode 2018-2024 dengan raihan suara pribadi, 6681 suara.
“Setelah hasil pleno di kabupaten dan selanjutnya di Provinsi, saya langsung mengucapkan terima kasih kepada 6 teman caleg lainnya karena saya sadar bahwa kerja keras dari semualah yang menghantarkan Demokrat berhasil meraih 1 kursi dari Dapil NTT 6. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat di 3 kabupaten yang telah memilih saya. Ketika saya ditetapkan menjadi anggota DPRD provinsi dari dapil 6 fokus saya bukan hanya untuk 6681 orang yang memilih saya tapi semua masyarakat di dapil 6,” tandas istri dari, Augusto da Costa Amaral.
Menurut Astria ada banyak hal atau pekerjaan rumah yang akan menjadi konsentrasinya ketika dilantik menjadi anggota DPRD Provinsi periode 2024-2029 nanti.
“Sebagai perempuan tentu saya akan memperjuangkan hak-hak perempuan. Dan juga sebagai orang kesehatan, saya akan memperjuangkan masalah-masalah menyangkut kesehatan bagi seluruh masyarakat di dapil 6,” jelasnya.
Astria juga menghimbau kepada semua perempuan NTT untuk jangan takut berpolitik, karena baginya politik adalah sarana untuk melayani banyak orang seperti mengurus rumah tangga.
“Ayo anak-anak muda, terkhusus kaum perempuan kita harus berani tampil, jangan menganggapi diri kita lemah, karena kalau bukan kita siapa lagi yang terus berteriak memperjuangkan hak-hak perempuan. Jangan takut berpolitik,” pungkas Astria Blandia Gaidaka.
Sekilas tentang Astria Blandia Gaidaka:
Nama Ayah : Atsianus Gay
Nama Ibu : Apni S. Abolla
Suami : Augusto da Costa Amaral
Anak : Vanna Azora Gaidaka Amaral
Riwayat pendidikan:
SDN Oetete 1 Kupang (1996-2002)
SMP Kristen Mercusuar Kupang (2002-2005)
SMA Katolik Giovanni Kupang (2005-2008)
S1 STIKES Surabaya (2008-2012)
Program Profesi Ners di STIKES Nahdlatul Ulama Tuban (2013-2014)
S2 Universitas Airlangga Surabaya (2014-2016)
Pengalaman kerja sebagai Dosen di STIKES William Booth Surabaya (2016-2018).