KOTA KUPANG – Tepat di tanggal 17 Juli 2020, Bank NTT menginjak usia 58 tahun. Rentetan waktu yang begitu panjang telah dilalui demi mencapai angka 58. Jika angka ini pada usia manusia maka sudah barang tentu bukan usia yang muda lagi karena telah banyak Lika liku, dengan diwarnai dinamika yang membuat seseorang mencapai tingkat kematangan.
Dalam kiprah, sebagai Bank kebanggaan masyarakat NTT dengan motto melayani lebih sungguh, ada torehan cerita sukses yang mewarnai dunia perbankan di bumi Flobamorata.
Namun tak bisa dipungkiri juga, di sisi lain ada pula torehan cerita kelam yang akan membekas dan itu akan menjadi bahan refleksi dan Instrospeksi agar tetap kokoh, kuat dan handal dalam menghadapi situasi apapun.
Pandemik Covid-18 saat ini, telah melumpuhkan berbagai sektor kehidupan. Pada saat yang sama pula Bank NTT terus diterpa badai yang tidak saja datang dari luar namun dari dalam tubuh bank NTT itu sendiri.
Masyarakat lalu, mulai menerka-mereka ada apa dengan Bank NTT, apakah ini suatu pertanda, mengingat usianya yang sudah cukup matang?
Persoalan kredit macet dengan nilai yang fantastis seolah-olah membuka mata publik tentang sepak terjang Bank NTT.
Saat ini, Kejati NTT sedang menyelidiki kasus korupsi kredit macet senilai Rp 139 miliar dengan estimasi kerugian negara Rp 127 miliar di Bank NTT Cabang Surabaya tahun 2018.
Sudah ada 8 orang yang ditetapkan tersangka. 7 orang pihak debitur dan 1 orang pihak internal Bank NTT (mantan kepala Bank NTT cabang Surabaya).
Apakah ini sebuah rangkaian cerita menuju sebuah pengungkapan fakta yang akan menggores dalam catatan Bank NTT? Ataukah ini akhir dari permainan praktek busuk para oknum yang selama ini merongrong uang rakyat demi kepuasan pribadi semata?
Pasalnya, belum usai kasus tindak pidana korupsi dalam penyaluran kredit di Bank NTT KCU Kupang yang merugikan negara sebesar Rp 4,1 miliar, yang saat ini belum inkrah. Masih ada beberapa tersangka maupun jaksa yang mengajukan banding atas putusan hakim pengadilan Tipikor Kupang.
Serangkaian cerita ini belum tuntas karena pihak penegak hukum masih menjalankan tugasnya. Masyarakat NTT pasti berharap agar persoalan-persoalan yang ada bukan kado istimewa di momen HUT ke-58 Bank NTT.
Dalam kegalauan yang mewarnai pemberitaan media, Bank NTT, tidak pernah sedikitpun goyah namun dengan spirit HUT ke-58, Bank NTT mengambil langkah untuk bangkit, tumbuh dan berubah.
Suatu optimisme yang ditanamkan oleh jajaran direksi, agar seluruh karyawan-karyawati Bank NTT benar-benar berpacu dalam semangat kebangkitan untuk tumbuh dan berubah.
Plt Dirut Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, mengungkapkan walaupun begitu marak pemberitaan tentang masalah kredit macet di berbagai media, Bank NTT tetap bertumbuh positif selama masa Pandemi Covid-19.
Riwu Kaho mengakui, pandemi Covid-19 ini sangat dirasakan dampaknya oleh industri perbankan, termasuk Bank NTT. Apalagi di tengah situasi ini, isu-isu mengenai ekonomi dan keuangan terus mewarnai dalam dunia perbankan. Oleh sebab itu Bank NTT terus beradaptasi dan mengimbau semua komponen masyarakat yang memanfaatkan jasa perbankan untuk lebih jeli dalam mendapatkan akses perbankan dengan cara yang sehat, baik dalam sisi pelayanan.
“Pertumbuhan DPK (Dana Pihak Ketiga) kita mencapai Rp 11,8 triliun. Kredit tumbuh dari Rp 9,9 triliun menjadi Rp 10,3 triliun. Pertumbuhan ekspansi kurang lebih Rp 400 Miliar. Ini menunjukkan kepercayaan masyarakat masih tinggi untuk Bank NTT. Dengan pertumbuhan positif tersebut menunjukkan bahwa segala pemberitaan tidak ada pengaruhnya,” ungkap Riwu Kaho saat memberikan sambutan dalam acara syukuran HUT ke-58 Bank NTT di depan halaman kantor Bank NTT, Jumat (17/7/2020).
Riwu Kaho mengatakan Bank NTT telah berkiprah di Bumi Flobamora selama 58 tahun. Berbagai produk dalam pelayanan terbaik akan diberikan sebagai persembahan dan rasa hormat kepada masyarakat yang telah memberikan kepercayaan kepada Bank NTT.
“Momentum HUT ke-58 Bank NTT kali ini, kami mengusung tema, Bangkit Bertumbuh, dan Berubah”. Kami sedang berupaya untuk beralih dari sistem konvensional ke sistem digitalisasi dengan menerapkan kemajuan teknologi. Kami bertekad menyiapkan market place bagi pelaku UMKM kita,” kata Alex.
Sementara itu Wakil Gubernur NTT Joseph Nae Soi saat memberikan sambutannya mengajak Seluruh Masyarakat NTT di seluruh Indonesia untuk sama-sama berkontribusi membangun NTT dengan cara menyimpan uang di bank NTT.
“Kalau Mau berkontribusi membangun Nusa Tenggara Timur tidak perlu datang kembali ke NTT, cukup hanya dengan cara menyimpan uang di bank NTT,” ajak Wagub.
Nae Soi meyakini perkembangan ekonomi di NTT akan terus berkembang, dengan memberikan dukungan seratus persen kepada Bank NTT.
“Menabung uang di Bank NTT itu berarti kita adalah seratus persen orang NTT dan juga seratus persen orang Indonesia yang ingin membangun NTT dengan cara menyimpan uang di Bank NTT,” tegas mantan anggota DPR RI ini.
Acara syukuran ini dihadiri oleh Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi, Seketaris daerah Provinsi NTT, Benediktus Polo Maing, anggota DPD RI, Paul Liyanto, Plt. Dirut Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, Kepala OJK NTT, Robert Sianipar, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja, Komisaris dan jajaran Direksi Bank NTT, ketua DPD REI NTT, Kepala kejaksaan negeri kota Kupang, tokoh agama dan tamu undangan lainnya.
Pada saat yang bersamaan juga dilakukan launching skim kredit merdeka dengan bunga nol persen yang ditandai dengan penandatanganan akad kredit oleh 25 orang nasabah. Dan pemberian Jamsostek bagi para nasabah kredit merdeka.
Penandatangan MoU Bank NTT dengan PT Jamkrida NTT. Launching tabungan Pesiar Bank NTT.
Penulis dan Editor: Jefri Tapobali